Tanggal 22 Agustus 2017.
Puncak Mt. Soeraksan. |
Menginap semalam di Mr. Egg Hostel di Sokcho menjadi
keputusan yang pas buatku. Aku sih sempat berpikir, biar tidak ribet packing
lagi terus pindah kota lagi, ya 2 malam-lah di Sokcho. Saat booked dari Agoda,
aku cuma booked 1 malam dulu. Lihat kondisi dulu, tidak ada salahnya kalau
perpanjang satu malam lagi, seperti biasanya, kalau suka ya lanjut, kalau tidak
suka, tinggal pindah. Gampang.
Alasan utama kenapa pilih hostel ini, hanya saja dekat
dengan bus terminal. Bisa baca disini. Terus, harganya juga masih okey buat
kantongku. Semalam aku bayar Rp 219.616,- dan dapat sarapan pagi alakadar, tapi cukuplah
buat backpacker seperti aku. Kenyang juga. Hemat makan pagi.
Staffnya membantu. Ramah dan berusaha memberi informasi yang
diinginkan. Mr. Egg Hostel satu gedung dengan gereja. Receptionist-nya dilantai
1, berikut living room buat kumpul dan dapur serta ruang makannya juga dilantai
1. Bersih pakai banget dapurnya, itulah sebabnya, setelah makan, kamu tidak
dibiarkan cuci sendiri, khawatir masih kotor kali, jadi staffnya yang
bersihkan. Eh tidak tahu juga sih, Oma itu staffnya atau pemiliknya. Gereja ada
dilantai 2, nah, kamu hanya melewatinya saja, saat kamu mau ke lantai 3, dimana
kamar- kamarnya berada.
Karena aku bayarnya buat mixed dorm buat ber-6, aku dapat
paling ujung, kamar mandi ada diluar. Baru kali ini, kamar mixed dorm, tamunya
tidak dapat kunci kamar, alias tidak dikunci sama sekali. Kamarnya lega, bahkan
terlalu lega buat ber-6. Kamar AC dan punya wifi. Dapat handuk kecil.
Ranjangnya lega dan keras. Eh.. maksudku keras itu bukan keras kayak kayu, tapi
keras cocok dibadan, buatku cocok. Ada loker yang tidak ada kuncinya juga dan
kamu juga tidak bisa pakai gembok sendiri juga. Sedikit aneh sih, menurutku.
Kamar mandinya sih bersebelahan. Ada hot shower. Gabung
dengan toilet. Nah ini, ada kuncinya dong. Tenang… Hahahahah.. Selebihnya sih
okey. Lantai 3, juga ada mini living room juga. Ada beberapa informasi yang
ditempel didinding gitu.
Malam itu, hanya berdua saja dalam kamar itu. Tidak tahu
kamar private lainnya. Seharusnya sih memang sepi. Hanya terlihat beberapa
orang saja. Hitunganku, cuma melihat 6 orang saja. Sunyi. Sepi. Iya, tenang.
Tidak berisik seperti kebanyakan hostel lainnya. Tidurpun nyenyak sampai teman
sekamar sudah checked out saja aku tidak tahu. Halah, sudah jam 8 pagi. Buset,
sepagi itu, si Korean sudah kabur saja.
Buru- buru mandi, bukan karena takut sendirian dikamar.
Keburu siang buat ke Mt.Soeraksan. Jadi rencananya, tujuan hari itu, main ke
Soeraksan National Park yang membutuhkan 45 menit perjalanan naik bus dari
dekat terminal. Btw, disudut bus terminal Sokcho, ada tourist information,
sangat membantu loh, aku banyak tanya disana, untung tidak dibilang bawel.
Selanjutnya sekalian checked out. Aku pikir sih, Sokcho
memang tenang dan sepi, tapi tidak ada salahnya coba mengeksplor Gangneung,
tetangga Sokcho yang hanya butuh 1 jam perjalanan saja. Asiknya, aku bukan mau
kota Gangneung-nya, tapi pinggiran kota Gangneung.
Okey, jadi sebelum ke Gangneung, setelah dapat sarapan, 2
potong roti, segelas orange jus, telur dadar, aku bergegas ke bus stop dekat terminal
bus. Naik bus no 7-11 dan berhenti persis didepan gerbang Soeraksan National
Park. Tidak bisa bayar pakai T- Money. Sediakan cash ya. Per orang 1.200 Won
sekali jalan.
Kebanyakan orang berfoto disini dan bermain di taman sekitaran sini saja. |
Aku sudah berniat, hari itu, bukan hanya ke taman Soeraksan
saja, aku mau mendaki sampai ke puncak gunungnya. Masuk ke Soeraksan National
Park bayar 3.000 Won. Butuh berjalan menanjak sembari mendaki hampir 4 Km.
Mungkin ini celeng bagi teman- teman yang anak gunung. Apalagi hanya 4 Km.
Buatku, ini sudah luar biasa. Ini tantangan banget. Sama- sama masuk, ada
sekitar 10 orang. Aku mampir sana sini, jadinya, sendirian. Mengikuti jalurnya,
sempat ragu, apakah aku mengambil rute yang benar? Benar- benar tidak ada orang
lain. Jalan sendirian.
Setelah melewati sederetan restoran, kamu akan melewati patung Buddha ini. |
Jalan santai sembari mendaki, lama kelamaan, kerasa juga,
mulai capek. Maklum, aku kan bukan anak gunung, boleh dibilang, tidak pernah
daki gunung. Walaupun, sebagiaan masih ada tangga buatan, tapi sebagian
lainnya, ya alami, bebatuan kecil sampai besar, tangga bebatuan, susuri hutan
gitu juga. Ya aman-lah, kan ada petunjuknya dan sudah pasti steril dari yang
namanya binatang buas.
Pemandangan kamu jika kamu mendaki... |
Setelah 1 jam berjalan, semakin terasa capeknya. Terlebih
lagi, saat mulai naik tangga. Buset, semacam, nafas sudah tidak tersambungkan
lagi. Setiap 50 anak tangga, berhenti untuk menyambung nafas. Tidak putus asa,
hingga 20 menit sebelum sampai puncak, hujan. Dari hujan ringan sampai hujan
lebat, termasuk angin.
Gimana nih? Mundur atau maju? Sayang banget, tinggal sedikit
lagi sampai. Apalagi, beberapa kali dipotong sama Opa – Oma Korean yang sudah
berusia lanjut tapi masih kuat dan semangat mendaki. Aku masak kalah?
Tidak….!!!
Niat dan perjuangan itu, membuahkan hasil. Terlebih lagi,
di-semangatin sepasang Korean dan setiap yang sudah turun. Fighting…. Begitu
mereka bilang ke aku.
Begitu sampai dipuncak, senang. Aku berhasil. Rasa capek sepanjang perjalanan terbayarkan dengan pemandangan yang disajikan. Sayangnya,
hujan tidak karuan. Hujan dan angin. Sendirian pula dipuncak sana. Pemandangan
bagus, tapi tidak sebagus jika cuaca cerah. Kecewa, sudah pasti, tapi mau
bagaimana lagi, itulah alam, tidak bisa kamu tebak.
Ada vihara di tengah perjalanan kamu. |
Aku tidak lama di atas puncak Mt. Soeraksan. Sekitar 20 menit deh. Padahal, maksud hati sih, ingin berlama- lama di atas sana. Ingin bersantai menikmati alam super keren. Kan sudah bersusah payah naik sampai ke atas, masak cuma sebentar saja sudah turun. Tapi, alam berkata lain. Aku-pun dipaksa turun karena hujan semakin deras. Total perjalanan naik dan turun 4 jam- an.
Pemandangan alam dari atas gunung. |
Sedangkan untuk pulang ke hostel, aku naik bus yang sama dan turun di tempat yang sama. Buatku, ini sih luar biasa, ini menjadi pengalaman tersendiri yang sulit dilupakan.
Bagasi, aku titip dong di hostel. Dan aku ambil kembali
setelah pulang dari Soeraksan. Sayangnya, aku tidak diijinkan mandi air hangat
dilantai 3. Padahal sekujur badan kan keringatan bau campur dengan bermandikan
air hujan saat naik di Mt. Soeraksan-nya.
Puncak Mt. Soeraksan. |
Aku diminta mandi dilantai 1 saja, dengan air dingin. Bedeh…
dingin banget. Ya, tidak jadi. Mau masuk angin kali. Cukup bersih- bersih
sekedarnya saja.
Satu hal sih menurutku yang kurang dari hostel ini, lantai
1-nya banyak nyamuk. Tidak betah deh duduk disana, apalagi AC-nya tidak
dinyalain. Gerah. Padahal ya ada tv, banyak buku- buku yang bisa dibaca
termasuk informasi – informasi seputar wisata Sokcho dan sekitarnya.
With Love,
@ranselahok
---Semoga Semua Mahluk Hidup Berbahagia---
0 komentar :
Post a Comment