Tanggal 26 Agustus 2017.
Hari ini menjadi hari terakhir menikmati Busan, karena
besoknya, aku sudah terbang pulang ke Jakarta. Walaupun begitu, bukan berarti
bangun sepagi mungkin dan mulai menikmati Busan sebelum matahari terbit. Tidak.
Aku bahkan siang dan baru keluar dari Kimchee Busan Guesthouse. Ya, aku ingat betul. Hari itu, jalanan sepi, termasuk
di stasiun subway bawah tanah, tidak terlihat kepadatan manusia seperti kemaren- kemaren. Eh,
ternyata hari Minggu Busa sepi ya?
Bertanya ke staff hostel, tempat manakah yang cocok untuk
dikunjungi? Oleh staffnya, dia bilang, tidak mungkin kamu bisa ketiga tempat
ini dalam seharian. Ya sudah. Hanya senyum dan bilang terima kasih. Jalan
santai keluar hostel dan sambil berpikir, mau kemana ya? Yang sepi dan tidak
terlepas kesannya sedang ada di Korea Selatan. Tetap…
Setelah di depan subway, aku baru putuskan ke vihara
Beomeosa. Dari Beomnaegol Station naik subway setelah melewati 15 station, kamu
turun di Beomeosa Station ambil exit 5 atau 7. Nah, kemudian, ikutin jalan,
ambil jalan belok kiri, jalan terus sampai ke halte, tunggu bu no.90. Turun
saja jika sudah sampai di gerbang masuk temple-nya.
Siang itu sih panas. Tapi terasa agak segar, banyak
pepohonan. Sepi, yupss.. seperti yang aku bayangkan. Tidak terlalu banyak
turis. Kebanyakan Korean, selebihnya, turis bule. Aku jalan santai sahaja.
Sebentar- bentar duduk menikmati angin sepoi- sepoi, sebentar – bentar duduk bengong.
Seperti biasa, kelakuan yang tidak bisa diubah ketika ngetrip. Suka bengong dan
galau tidak jelas.
Paling lama di dalam vihara adalah saat duduk di dalam ruang
sembahyangnya. Duduk diam, seperti Korean. Duduk, meram, merenung. Berusaha
menembus akal pikiranku. Berusaha menembus dimensi waktu. Berusaha berbicara
dengan hati nurani sendiri. Berusaha berinterokpeksi diri. Berusaha banyak hal
di dalam 30 menit itu.
Setelah itu, aku tidak mengunjungi satu per satu bangunan
yang ada. Akupun berjalan turun. Oh ya, tidak ada biaya sama sekali jika kamu
berniat ke temple ini. Kabarnya sih, vihara ini menjadi salah satu vihara
terpenting bagi Korean. Asumsiku sih, kalau kamu mau keliling, mungkin butuh 2
jam, seperti yang dilakukan bule- bule itu.
Menumpang bus yang sama, aku turun ditempat yang sama. Sudah
hampir jam 1 siang ketika berada di Lotteria. Penasaran saja, sudah sampai di
Korea Selatan, kenapa tidak coba makan fastfood ala Korea Selatan ini? Sebiji
burger aku lahap dengan rakusnya. Aku bayar Won 5.500.
Kenyang. Aku pindah ke Gamcheon Culture Village. Untuk
kesana, kamu harus bisa sampai di Toseong Station, ambil exit 6, kemudian
pindah bus no 2 didepan Busan National University Hospital Stop. Kira- kira,
kamu butuh jalan 10 menit dari exit subway tadi menuju ke bus stop-nya.
Sama, tidak perlu bayar apapun untuk bisa masuk ke Gamcheon
Culture Village, kecuali kamu mau makan dan minum atau beli souvenir lainnya.
Yups, sepanjang jalan, kanan kiri, toko- toko semua. Ada saja yang dijual.
Sesuai dengan kantong dan selera saja. Ramai banget disini. Kalau kamu suka
yang suasana seperti ini, kamu boleh deh ke sini.
Buat yang suka narsis foto- foto, juga bisa kesini. Banyak
spot kece buat kamu. Yang kamu bisa dapatkan disini, menikmati pemandangan
semacam rumah penduduk yang warna- warni gitu. Ya, sebuah pemukiman penduduk
yang dijadikan tempat kreasi. Ada sih sejarahnya, kalau kamu butuh tahu, tanya
om google.
Aku tidak makan dan minum apapun disini. Pelit… Soalnya kan
baru makan di Lotteria, alasan! Padahal pelit karena mahal. Ya, tempat wisata,
makanannya mahal- mahal. Cukup menikmati. Menikmati orang- orang yang sedang
pose untuk difoto. Menikmati orang- orang lalu- lalang. Menikmatinya sajalah.
Karena sudah pegal, aku kemudian cari bus no.2 lagi. Pulang.
Turun di seberang halte, tempat aku naik tadi. Pindah lagi ke subway, terus
langsung ke Haeundae Beach. Waktu menunjukkan jam 4 sore, ketika aku tiba
disana. Dari subway, kamu butuh jalan kaki sekitar 10 menit ke arah pantai. Aku
kok yakin, kamu suka deh suasana disini. Ramai. Kanan- kiri banyak yang jualan.
Yang mondar- mandir juga banyak.
Arah ke pantai. |
Apalagi, ketika sudah di pantainya, bedeuuh… padat. Penuh
dengan manusia. Aku tidak bisa membedakan, mana Korean atau mana turis? Mereka berlomba untuk
berjemur, berlomba menikmati pasir, air, deburan ombak dan pantainya. Berlomba
foto dengan gaya yang kece- kece.
Semacam Kuta-lah, ramainya. Pasirnya lebih putih sedikit.
Tidak ada sampah. Keramaian itu
berlangsung hingga matahari menghilang. Aku sendiri cuma 15 menit. Setelahnya,
nongkrong keren di warung kopi paling hits sedunia, Starbucks. Duduk sampai
bosan, pulang sampai hostel sudah hampir jam 9 malam. Mandi, bersih- bersih.
Tidur. Besok pagi- pagi kudu bangun. Karena punya flight jam 10 pagi.
Dari hostel, naik subway dari Beomnaegol Station turun di
Seomyeon Station pindah line hijau sampai ke Sasang Station. Keluar dari Sasang
Station, cari line arah airport, ya tinggal turun di Gimhae International
Airport Station. Demikian saja. Gampang kan ?
Sehingga, trip ke Korea Selatan berakhir. Sukses dan
selamat, walaupun bukan trip yang bisa ingin buat aku balik lagi. Tiap orang
punya pandangan masing- masing. Tiap orang punya kesenangan tersendiri yang tidak harus disamakan. Termasuk, aku, aku akan menulis apa adanya, menulis sesuai dengan pengalamanku, menulis sesuai dengan pendapatku, bukan pendapat orang lain, bukan pengalaman orang lain. Aku tidak akan pernah menulis apa yang belum pernah aku rasakan. Menurutku, bagus ya bagus, tidak bagus ya tidak bagus, semua sesuai keinginanku dan pengalamanku. Sekian.
With Love,
@ranselahok
---Semoga Semua Mahluk Hidup Berbahagia---
0 komentar :
Post a Comment