Tanggal 31 Mei 2017.
Ke Bangkok kali ini benar- benar diluar dari jadwal traveling-ku tahun ini. Seperti yang pernah aku ceritakan dipostingan sebelumnya, bisa baca disini, semuanya serba mendadak. Dan karena itu, tidak ada rencana juga mau ngapain. Setelah mendarat sempurna di Donmueang Bangkok, aku coba menghubungi teman Thailand, kali saja dia ada di Bangkok. Benar saja, 5 menit kemudian dia respon dan mengabari sedang ada di Bangkok. Sepakat, besok dia ajak keliling Bangkok, seharian, tapi pakai jalan kaki. Well, siapa takut?
Dimulai dari hostel tempat aku nginap, kemudian, kita sempat makan siang dulu didekat sana, makan pho, mie asal Vietnam. Gratis cuy.. dibayarin siteman. Hahahaha... Perut sudah kenyang. Perjalanan dimulai.
Dari tempat jual mie yang terletak dibawah BTS Station Phaya Thai, aku diajak jalan kaki sekitar 30 menitan dibawah sinaran matahari Bangkok yang super panas hari itu ke Saphan Hua Chang Pier. Yups, dari sini, kita naik boat umum ke Golden Mountain Wat Saket. Setelah 10 menit kemudian, kami berhenti, bayar Baht 9 per orang kali itu. Itu harusnya menjadi perbehentian terakhir deh.
Kemudian, kudu jalan kaki 15 menit untuk bisa sampai di Wat Saket-nya. Serunya kalau sedang ada dinegara orang lain ,ada tour guide pribadi, hahahaha... tour guide gratisan lagi. Semuanya diceritain, satu per satu, setiap ada sejarahnya, setiap ada lihat 1 hal saja, dijelasin panjang lebar. Aku yakin, cerita seperti ini, bahkan pakai tour guide dari travel agent-pun tidak bakalan mendapatkan cerita seperti ini. Kayak, asal muasal komunitas yang ada di distrik itu sampai kenapa dibubarkan? Kira- kira seperti itu ceritanya.
Masuk ke Golden Mountain Wat Saket itu bayar buat turis asing. Sedangkan untuk orang lokal free. Kalau tidak salah bayar Baht 40 deh, kemaren itu juga dibayarin soalnya. Kamu harus menaiki 300 anak tangganya untuk bisa sampai ke puncak vihara ini. Ya, walaupun panas, ada beberapa pepohonan rindang yang bisa melindungimu sejenak.
View dari Wat Saket. |
Sesampainya di puncak, bagi kamu yang beragama Buddha, kamu bisa berdoa sejenak. Atau kamu bisa langsung naik ke surga, hahaha.. begitu ditulisnya. way to heaven. Kamu bisa melihat Bangkok dari vihara ini. Seingatku, daerah ini dekat ke Grand Palace juga sih. Karena waktu itu, kami jalan kaki, eh, tidak tahunya, aku sudah didepan Grand Palace, ya, setelah berputar- putar sana- sini.
Aku sempat duduk agak lamaan disana. Nikmati angin sepoi yang menghembus, menenangkan jiwa dan membawaku terbang jauh masuk ke alam bawah sadarku. Aku ternyata, sedang berusaha, berkomunikasi dengan batinku... Tidak tahu berapa lama itu berlangsung, kalau saja, tidak diingatkan siteman untuk segera turun dan pindah ke tempat lain, sepertinya, aku masih berdiam diri.
Bule bersantai dengan orang lokal. |
Lewatin distrik yang kebanyakan orang yang beragama Hindu, terus mampir di rumah ibadah agama Hindu. Terus sempat mampir minum eskoteng punya orang Thailand. Terus jalan kaki lagi. Terus ya itu, tidak tahunya, sudah didepan Grand Palace. Dan asiknya, sepanjang perjalanan itu, dapat banyak sekali cerita tentang kehidupan orang lokal disana.
Grand Palace. |
Nyebrang naik boat. |
Diseberang, ngitarin pasar lokal yang sepertinya tidak ada turis asingnya. Sama seperti market lainnya, disini juga banyak yang jualan baju, souvenir terus ya jajanan. Harganya sedikit lebih murah dibanding market lainnya diinti kota Bangkok. Tidak ada tujuan buat belanja. kunjungan singkat di market itu segera diakhiri.
market |
Sunset di Bangkok |
Kaki kembali dilangkahkan. Kaki kembali mengayun sampai di Khaosan Road. Sudah jam 6 sore. Saatnya isi perut lagi. Pilihannya ya makanan lokal, semacam kapaw musab. Makannya juga bukan di Khaosan Road-nya. Di gang- gang yang masih lumayan jauh. Murah meriah. Sepiring 3 lauk bayar Baht 50.
Malam itu belum berakhir. Dari Khaosan Road, aku diajak naik bus pulang ke hostel. Busnya nyaman. Ber- AC. Rapi dan bersih. Turun didekat hostel, eh masih berlanjut. Diajak makan dipinggiran jalan gitu. Kaki lima. Halah, kalau di Indonesia, kayak yang jualan roti bakar dan mie instan gitu. Ya itu, makan roti bakar dan minum teh tarik menjadi penutup hari itu. Duduk ngobrol disekeliling orang - orang Thailand, rasanya seperti apa ya?
Yang jual, muslim Bangkok, yang berasal dari Thailand Selatan. Bisa bahasa Melayu. |
With love,
@ranselahok
---semoga semua mahluk hidup berbahagia---
0 komentar :
Post a Comment