Tanggal 18 April 2017.
Hari terakhir di Bangkok, aku diajak seorang teman Thai
jalan- jalan ke Huahin. Hahaha.. Iya kan, yang awalnya sempat galau mau ke Khao
Yai ( baca disini ) atau ke Huahin, jadinya, aku punya kesempatan ke 2 daerah
itu. Hanya daily trip saja. Berangkat dari Bangkok jam 10 pagi. Langsung ke
terminal bus yang ada di daerah Mochit. Yups, sekarang terminal bus sudah
pindah ke Mochit, tidak lagi di Victoria Monument. Dan kabarnya, masih akan
dipindahkan, belum jelas, tempatnya dimana.
Rumah penduduk dekat pantai. |
Dari Bangkok ke Huahin itu sekitar 2 jam. Setelah dapat
tiket bus, kami masih harus menunggu sekitar 45 menit. Karena ada orang Thai,
aku tidak perlu repot- repot lagi. Tidak perlu tanya- tanya. Kalau tidak salah
harga tiket busnya Baht 90 per orang. Ya tipe mobil van sih. Dan semuanya
adalah orang lokal, kecuali aku.
Pantai Huahin. |
Di Huahin diturunkan dekat terminal. Nah aku lupa deh itu dimana.
Itulah, karena sudah ada tour guide pribadi, sudah tidak mau tahu lagi. Yang
aku ingat, begitu turun, kami jalan kaki ke arah pantai. Lewatin gang rumah
orang gitu. Untuk pantainya, bukan pantai yang luar biasa sih. Ya, kalau aku
sih nikmati saja yang ada. Kami hanya sekelas lewat saja. Cukup tahu saja,
pantai-nya Huahin itu seperti apa sih? Selain main air, kamu bisa nikmati naik
kuda menyusuri pantai, tapi berbayar ya.
Tidak ada rencana apapun dan tidak tahu mau ngapain di
Huahin, akhirnya kami sewa motor, hitungannya sih 6 jam. Entahlah, ngomong
sana- sini, sesama Thai, berasa waktu itu sewa motornya lumayan murah. Harga,
tidak tahu. Karena bukan aku yang bayar. Berdua, kemaren itu benar- benar tidak
jelas. Tidak mengunjungi apa yang sedang beken dan happening kayak Santorini.
Warung jual musab kapaw. |
Yang ada malah, cari makan masakan lokal banget, yang ada di
gang- gang gitu. Dan menjadi yang paling aku suka, kapaw musab, atau minched
pork with basil. Kalau tidak salah, per porsi 30 Baht deh. Enak dan yummy.
Karena tidak ada tujuan sama sekali, aku dibawa ke stasiun
kereta Hua Hin. Lucunya, ini stasiunnya terbuka bebas, siapa saja boleh keluar masuk
sesuka hati. Yang datang hanya untuk sightseeing atau memang kamu bertujuan
untuk naik kereta apinya. Tidak ada penjagaaan sama sekali. Sebenarnya, hari
itu, aku lebih memilih pulang ke Bangkok naik kereta api deh, tapi apa daya, sudah
penuh.
Stasiun kereta api Huahin. |
Stasiunnya masih terawat dengan bagus. Interiornya sih okey lah, masih
terjaga dengan design dari aslinya. Bersih dan memang sengaja dijadikan daya
tarik turis. Tidak banyak yang bisa kamu
lihat disini, terlebih lagi, kalau kamu bukan tipe yang suka bangunan tua atau
yang bertipe sejenisnya. Aku agak lama disini, si-teman banyak menjelaskan ini-
itu.
Plearnwan |
Setelah dari stasiun kereta api, aku dibawa ke Plearnwan,
tempat nongkrong santai dimana bangunannya mengajak kamu kembali ke masa lalu.
Menggunakan bahan bangunan kayu dan seng, semacam sebuah kota zaman dahulu.
Disini, bernuansa keluarga Kerajaan Thailand, banyak sekali ornamen yang
digantungkan, ya kayak foto- foto Raja dan Ratu. Aku sih betah disini. Suka
dengan suasana yang diciptakannya. Suka dengan design dan bahan yang dipakai.
Tidak terlalu ramai sih. Kemaren aku kesana sih tidak ada entrance fee.
Salah satu sudut Plearnwan. |
Tempatnya macam dikampungku saja. Persis sama.
Akibat tidak ada tahu tujuan mau kemana lagi, saatnya
santai, dari pada panas- panasan di jalan. Thai milk tea menjadi andalanku, yang
buat aku betah berlama – lama di Yenjai Café. Terletak dijalan raya, tapi tidak
tahu nama jalannya. Adem, ber- ac, punya free wifi yang kencang. Sepertinya,
café ini menjadi nongkrong anak muda Huahin.
View dari dermaga. |
Sebelum mengakhiri trip singkat ke Huahin hari itu, kami
menikmati senja di dermaga dekat pantai yang banyak dikunjungi turis. Duduk
santai ditemani angin sepoi sambil menanti matahari kembali keperaduaannya.
Memang, sunset hari itu tidak sempurna, bahkan boleh dibilang, bukan tipikal sunset
yang diharapkan. Tapi, bukan tentang itu, bukan sunset-nya, bukan tentang
tempatnya, tapi lebih ke suasananya, lebih ke momen dan pengalamannya.
Warga lokal... |
Ternyata, dermaga ini menjadi favorite bagi orang lokal
Huahin. Entah sekedar jalan sore sambil menghirup udara segar sampai di
dermaga, atau mancing. Sedangkan aku, seperti biasa, duduk diam, hanya alam
beserta isinya yang tahu, apa yang aku pikirkan waktu itu, hanya Tuhan yang
tahu, apa yang ada diisi kepala-ku.
Suasana Huahin... |
Hingga waktunya tiba, jam keberangkatan terakhir bus dari
Huahin ke Bangkok sudah didepan mata. Kembalikan motor sewaan, jalan kaki
lumayan jauh sampai di terminal, dan pulang. Trip Huahin yang singkat dan
antimainstream. Sederhana tapi mengesankan.
With Love,
@ranselahok
0 komentar :
Post a Comment