Tanggal 4 November 2016.
1 Rupee = Rp 88,9,-
Sebenarnya, salah satu proses perjalanan yang menarik selama trip di Srilanka adalah menggunakan kereta api. Mau bagaimana lagi? Aku tidak mendapatkan kesempatan itu pada trip aku. Naik kereta api dari Kandy ke Ella menjadi hal terpenting yang wajib kalau kamu sudah sampai di Srilanka. Serius... Walaupun begitu, diakhir perjalananku, dari Ella ke Colombo, aku naik kereta api malam yang tidak ada apa- apanya. Hahahaha...
Perjalanan dari Ella ke Colombo membutuhkan waktu tempuh sekitar 10 jam. Tiba di stasiun Colombo lebih kurang jam 6 pagi. Aku tidak bisa cerita bagaimana pengalamanku sepanjang perjalananku sepanjang malam itu. Tidak melihat apapun karena gelap. Perasaan waktu itu, was -was saja. Banyak yang bilang, agar lebih hati- hati kalau naik kereta malam, terlebih aku dapat gerbong umum. Tiketku sih menunjukkan second class ( 350 Rupee), tapi kenyataannya, halah...
Pagi itu di Colombo masih sepi, selain stasiun, selebihnya belum menunjukkan adanya kehidupan. Tidak tahu mau melangkah kemana. Rencananya hari itu, cuma menghabiskan waktu sekitar 12 jam saja di Colombo tanpa harus menghabiskan uang lagi buat bayar penginapan. Ya, aku harus terbang kembali ke Kuala Lumpur tengah malam di hari itu juga. Paling tidak, aku sudah harus di bandara jam 8 malam, dari kota, paling telat jam 6 sore.
Salah satu sudut kota Colombo. |
Tanya om Google, aku direkomendasikan ke 2 hostel. Agak jauh dari stasiun. Sempat dapat informasi dari teman yang sudah pernah ke Colombo, hotel bintang 3, jalan kaki 15 menit, tapi tidak ketemu- ketemu. Ibarat anak hilang, pagi itu, jalan keliling tidak jelas.
Aku putuskan untuk ikutin petunjuk om Google. Berdasarkan lokasi yang dikasih Google map, aku tunjukkan pada orang lokal, dengan maksud, bus nomor berapa yang bisa bawa aku kesana. Singkat cerita, bersama penumpang bus lainnya yang kebanyakan dari mereka bersiap untuk berangkat kerja, Aku dituruni di halte dekat hostel yang aku maksud. Bayar bus dari stasiun ke hostel 12 Rupee.
Rencanaku, ya sudahlah, bayar biaya kamar untuk semalam, walaupun hanya beberapa jam saja, yang penting, bisa rehat sejenak dan mandi. Soalnya masih butuh 12 jam, kalau cuma 6 jam, aku sih tidak peduli.
Begitu masuk ke dalam Backpack Lanka Hostel, oleh staffnya masih tiduran bilang, full untuk hari ini. Lah.. full? Piyeh toh? Putar otak sejenak. Aku dapat ide seketika, aku bilang, bagaimana kalau aku tidak perlu kamarnya, toh memang aku tidak perlu sama sekali. Karena aku harus ke bandara jama 6 sore. Aku hanya butuh tempat istirahat sejenak, duduk-lah, tidak perlu tidur, boleh mandi, itu saja cukup. Berapa yang harus aku bayar? Tidak berapa lama, dia bilang okey, kamu cukup bayar 150 Rupee... kamu bisa mandi plus dipinjamin handuk, pakai wifi dan duduk di living room sampai kamu mau ke bandara.
Karena masih pagi, aku duduk- duduk sejenak melepas lelah karena jalan tidak jelas sedari pagi. Sembari cek beberapa kerjaan. Kemudian, mandi, sudah bersih, baca- baca reviews dari om Google, tempat- tempat keren yang wajib didatangi di Colombo ditambah dari informasi yang aku dapatkan langsung dari staff hostelnya. Di mading, juga ada informasi seputaran Colombo City sih.
Sehari di Colombo, ngapain ya ?
Yang paling dekat ke hostel dan bisa jalan kaki adalah Seema Malaka Aku hanya sebentar saja disini. Menariknya, disini sedang ada foto prewedding. Aku malah lebih heboh melihat foto prewed itu ketimbang menikmati apa yang ada disana. Hahaha.. tentu, setelah berdoa sejenak dan keliling. Aku sih tidak bayar pas masuk, tidak tahu juga sih, tapi pas aku mau keluar, aku lihat yang masuk, kok bayar? Oppss...
Sekitarnya juga asek sih, temple ini terletak diatas danau. Tidak jauh dari sana, ada sebuah jembatan, aku yakin, kalau sore atau malam, pasti ramai. Yupss, namanya Beira Lake, yang tetanggaan sama vihara tadi.
Kemudian dari Seema Malaka tinggal nyebrang, paling 5 menit saja sudah sampai di Gangaramaya Buddhist Temple. Masuk ke vihara ini harus bayar 300 Rupee. Kebetulan, hari itu, saat sedang berdoa duduk didepan Sang Buddha, kok berasa dibelakang aku berisik, agak ribut gitu. Tidak tahan juga, aku ngintip, lah... ramai banget, yang pegang kamera banyak, ada yang syuting segala. Tidak mungkin aku kan yang disyuting... Ternyata, ada pejabat penting dari Myanmar yang sedang berkunjung. Tidak heran, saat mau masuk tadi, didepan, banyak sekali tentara yang berjaga- jaga. Vihara ini juga dipakai sebagai tempat pemberkatan bagi pasangan yang menikah.
Selanjutnya, naik bus ke Pettah bayar 12 Rupee. Di Pettah, kamu bisa belanja sepuasnya. Layaknya pasar, apapun ada deh. Beli souvenir, kaos , celana. Aku cukup beli souvenir buat koleksianku saja. Selebihnya tidak.
Dari Pettah, aku ke Crescat. Pengennya adem sih, ya ke sini deh, mall. Sepi banget, mall-nya tidak terlalu gede. Coba makan di mall deh kali ini. Makan di foodcourt. Dan aku harus bayar 380 Rupee sepiring nasi campur ala Srilanka. Sengaja agak lama-an disini, duduk santai tidak jelas, biar adem. Diluar panas banget, buset, beda dengan cuaca di Kandy dan Ella yang nyenangin. Lagian, aku tidak tahu mau main kemana.
Colombo, sebagai ibukota Srilanka, memang tidak semaju Jakarta, tapi ya, yang ada ya bangunan- bangunan juga. Jalan kaki dari Crescat ke Galle Face beach dibawah siramin teriknya matahari. 10 menitan lah. Sampai disana, gersang, tidak terlalu sesuai dengan harapan aku. Hahaha.. ya, biasa saja.
Selanjutnya, lebih nekat, naik bus ke Mount Lavinia Beach. Tujuannya, hanya ingin bersantai duduk disalah satu cafe dibibir pantai. Menikmati alam dan merenung ( lagi ). Pesan minum dan gorengan, ditemani angin sepoi - sepoi yang bisa buat aku kantuk sejenak. Paling tidak, hitunganku, bisa menikmati sensasi berbeda dari Colombo di Mount Lavinia Beach selama 1, 5 jam.
Yang terjadi,
Ke Mount Lavinia sesuai dengan rencana. Naik bus dari depan Galle Face Beach, entah nomor berapa, aku lupa. Tinggal tanya saja sama Pak Polisi yang sedang bertugas, mereka pasti tahu. Atau penduduk lokal yang kamu temui. Aku juga begitu, aku diminta naik bus saja. Tinggal lurus saja kok busnya, kata mereka begitu.
Bayar 40 Rupee saja. Duduk disebelah penduduk lokal, anak muda yang sedang perjalanan ke kampus. Biar tidak salah lagi, aku tanya sekali lagi, tujuan bus ini kemana. Benar, bus ini rutenya lurus saja. Begitu juga dengan abang kernet busnya.
Duduk dekat jendela, sampai tertidur- tidur, akibat angin yang berhembus, perasaanku kok tidak sampai- sampai, sudah 30 menit lebih nih. Mata melalak kemana- mana, mencari bacaan yang tertulis didepan toko- toko orang sepanjang bus melewatinya.
Akhirnya, aku diminta turun sama si abang kernet. Katanya sini, sudah sampai. Hah? Mana pantainya? Bingung... tanya Bapak polisi, dikasih petunjuk yang salah. Tanya ke orang sekitar, dikasih jalan yang jauh. Ketemu satu anak tanggung, aku malah dibawa balik ke tempat tadi aku bertanya. Dia bilang, tenang, aku tinggal disekitaran pantai. Ya sudah, pikirku.
Aku melangkah mengikuti langkahnya. Sembari chit- chat seadanya. Sampai dipersimpangan, dia bilang, aku harus belok kanan, kamu tinggal belok kiri saja. Sebenarnya masih ada satu jalan lagi, ya lurus. Aku ikutin arahannya, walah, jauh banget. Serius... rasanya, pengen pulang saja. Pantainya mana? Anganku tentang bersanti dibibir pantai hilang sudah.
Sampai pada akhirnya, aku bertemu dengan bibir pantai, setelah berkelok- kelok melewati jalanan kecil, gang dan rel kereta api, melewati rumah penduduk. Dan pantainya yang aku temui, tidak ada apa- apanya. Aslinya, masih butuh jalan kaki 15 menit lagi mengikuti jalur kereta apinya. Aku bilang cukup.
Tidak yakin, apa yang akan didapatkan. Aku putuskan pulang ke hostel saja. Duduk santai menunggu jam-nya berangakt ke bandara. Keliling tidak jelas, nyasar tidak karuan dan Colombo, tidak membuat kesan baik buat aku.
Sampai di hostel, bersantai, ngobrol dengan yang lainnya. Hari itu, sehari di Colombo, terasa sangat berbeda dengan di Kandy dan Ella yang memberiku sejuta kesan. Hari itu, aku tutup dengan perjuangan cukup berat, bersama mereka, penduduk lokal, berebut udara didalam bus dalam perjalanan dari hostel ke Pettah untuk menyambung bus ke bandara. Hari itu, ditutup dengan sebuah kejadian memalukan, aku, sebagai turis, yang diistimewakan, didalam bus, aku dipersilahkan duduk, hari itu, membuatku semakin merasa, Srilanka itu negara yang aman dan nyaman untuk dikunjungi. Srilanka, negara dengan sejuta pemandangan indah yang harus kamu nikmatinya secara langsung. Srilanka, suatu hari, aku akan kembali lagi. Srilanka, jangan ada yang berubah, orangnya, keramahannya, biaya hidupnya, paling penting, alamnya, harus tetap asri dan alami. Aku suka Srilanka.
With Love,
@ranselahok
---semoga semua mahluk berbahagia---
Sehari di Colombo, ngapain ya ?
Yang paling dekat ke hostel dan bisa jalan kaki adalah Seema Malaka Aku hanya sebentar saja disini. Menariknya, disini sedang ada foto prewedding. Aku malah lebih heboh melihat foto prewed itu ketimbang menikmati apa yang ada disana. Hahaha.. tentu, setelah berdoa sejenak dan keliling. Aku sih tidak bayar pas masuk, tidak tahu juga sih, tapi pas aku mau keluar, aku lihat yang masuk, kok bayar? Oppss...
Sekitarnya juga asek sih, temple ini terletak diatas danau. Tidak jauh dari sana, ada sebuah jembatan, aku yakin, kalau sore atau malam, pasti ramai. Yupss, namanya Beira Lake, yang tetanggaan sama vihara tadi.
Kemudian dari Seema Malaka tinggal nyebrang, paling 5 menit saja sudah sampai di Gangaramaya Buddhist Temple. Masuk ke vihara ini harus bayar 300 Rupee. Kebetulan, hari itu, saat sedang berdoa duduk didepan Sang Buddha, kok berasa dibelakang aku berisik, agak ribut gitu. Tidak tahan juga, aku ngintip, lah... ramai banget, yang pegang kamera banyak, ada yang syuting segala. Tidak mungkin aku kan yang disyuting... Ternyata, ada pejabat penting dari Myanmar yang sedang berkunjung. Tidak heran, saat mau masuk tadi, didepan, banyak sekali tentara yang berjaga- jaga. Vihara ini juga dipakai sebagai tempat pemberkatan bagi pasangan yang menikah.
Selanjutnya, naik bus ke Pettah bayar 12 Rupee. Di Pettah, kamu bisa belanja sepuasnya. Layaknya pasar, apapun ada deh. Beli souvenir, kaos , celana. Aku cukup beli souvenir buat koleksianku saja. Selebihnya tidak.
Dari Pettah, aku ke Crescat. Pengennya adem sih, ya ke sini deh, mall. Sepi banget, mall-nya tidak terlalu gede. Coba makan di mall deh kali ini. Makan di foodcourt. Dan aku harus bayar 380 Rupee sepiring nasi campur ala Srilanka. Sengaja agak lama-an disini, duduk santai tidak jelas, biar adem. Diluar panas banget, buset, beda dengan cuaca di Kandy dan Ella yang nyenangin. Lagian, aku tidak tahu mau main kemana.
Colombo, sebagai ibukota Srilanka, memang tidak semaju Jakarta, tapi ya, yang ada ya bangunan- bangunan juga. Jalan kaki dari Crescat ke Galle Face beach dibawah siramin teriknya matahari. 10 menitan lah. Sampai disana, gersang, tidak terlalu sesuai dengan harapan aku. Hahaha.. ya, biasa saja.
Selanjutnya, lebih nekat, naik bus ke Mount Lavinia Beach. Tujuannya, hanya ingin bersantai duduk disalah satu cafe dibibir pantai. Menikmati alam dan merenung ( lagi ). Pesan minum dan gorengan, ditemani angin sepoi - sepoi yang bisa buat aku kantuk sejenak. Paling tidak, hitunganku, bisa menikmati sensasi berbeda dari Colombo di Mount Lavinia Beach selama 1, 5 jam.
Yang terjadi,
Ke Mount Lavinia sesuai dengan rencana. Naik bus dari depan Galle Face Beach, entah nomor berapa, aku lupa. Tinggal tanya saja sama Pak Polisi yang sedang bertugas, mereka pasti tahu. Atau penduduk lokal yang kamu temui. Aku juga begitu, aku diminta naik bus saja. Tinggal lurus saja kok busnya, kata mereka begitu.
Bayar 40 Rupee saja. Duduk disebelah penduduk lokal, anak muda yang sedang perjalanan ke kampus. Biar tidak salah lagi, aku tanya sekali lagi, tujuan bus ini kemana. Benar, bus ini rutenya lurus saja. Begitu juga dengan abang kernet busnya.
Duduk dekat jendela, sampai tertidur- tidur, akibat angin yang berhembus, perasaanku kok tidak sampai- sampai, sudah 30 menit lebih nih. Mata melalak kemana- mana, mencari bacaan yang tertulis didepan toko- toko orang sepanjang bus melewatinya.
Akhirnya, aku diminta turun sama si abang kernet. Katanya sini, sudah sampai. Hah? Mana pantainya? Bingung... tanya Bapak polisi, dikasih petunjuk yang salah. Tanya ke orang sekitar, dikasih jalan yang jauh. Ketemu satu anak tanggung, aku malah dibawa balik ke tempat tadi aku bertanya. Dia bilang, tenang, aku tinggal disekitaran pantai. Ya sudah, pikirku.
Aku melangkah mengikuti langkahnya. Sembari chit- chat seadanya. Sampai dipersimpangan, dia bilang, aku harus belok kanan, kamu tinggal belok kiri saja. Sebenarnya masih ada satu jalan lagi, ya lurus. Aku ikutin arahannya, walah, jauh banget. Serius... rasanya, pengen pulang saja. Pantainya mana? Anganku tentang bersanti dibibir pantai hilang sudah.
Sampai pada akhirnya, aku bertemu dengan bibir pantai, setelah berkelok- kelok melewati jalanan kecil, gang dan rel kereta api, melewati rumah penduduk. Dan pantainya yang aku temui, tidak ada apa- apanya. Aslinya, masih butuh jalan kaki 15 menit lagi mengikuti jalur kereta apinya. Aku bilang cukup.
Tidak yakin, apa yang akan didapatkan. Aku putuskan pulang ke hostel saja. Duduk santai menunggu jam-nya berangakt ke bandara. Keliling tidak jelas, nyasar tidak karuan dan Colombo, tidak membuat kesan baik buat aku.
Sampai di hostel, bersantai, ngobrol dengan yang lainnya. Hari itu, sehari di Colombo, terasa sangat berbeda dengan di Kandy dan Ella yang memberiku sejuta kesan. Hari itu, aku tutup dengan perjuangan cukup berat, bersama mereka, penduduk lokal, berebut udara didalam bus dalam perjalanan dari hostel ke Pettah untuk menyambung bus ke bandara. Hari itu, ditutup dengan sebuah kejadian memalukan, aku, sebagai turis, yang diistimewakan, didalam bus, aku dipersilahkan duduk, hari itu, membuatku semakin merasa, Srilanka itu negara yang aman dan nyaman untuk dikunjungi. Srilanka, negara dengan sejuta pemandangan indah yang harus kamu nikmatinya secara langsung. Srilanka, suatu hari, aku akan kembali lagi. Srilanka, jangan ada yang berubah, orangnya, keramahannya, biaya hidupnya, paling penting, alamnya, harus tetap asri dan alami. Aku suka Srilanka.
With Love,
@ranselahok
---semoga semua mahluk berbahagia---
What a day...aku belum pernah ke negara di Asia Selatan jadi belum tau rasanya...
ReplyDeletePengalaman saya waktu k Colombo juga gitu. Udah kaya orang onyon di sana. Karena kebetulan kan temen saya tinggal nya di Badulla jadi agak gimana gitu wkwwkw naik bus dan itu juga desek desekan :"(
ReplyDelete