Tanggal 31 Oktober 2016.
1 Srilanka Rupee = Rp 88,9.-
Kandy sebagai kota kedua terbesar di Srilanka, menyisakan moment tersendiri dalam perjalananku kali itu. Dengan tujuan utama berada di Kandy, secara khusuk, beribadah di Buddha Tooth Temple, yang sangat sakral bagi umat Buddha di dunia. Kandy, kota yang menyenangkan, sejuk dan nyaman. Berada di Kandy, cuma 2 hari saja, tidak cukup sama sekali.
|
Sudut kota Kandy. |
Setelah mendapatkan hostel malam itu dan bisa beristirahat dengan baik di
Kandy City Stay yang berjarak tidak jauh dari terminal bus. (
Bisa baca disini ). Pagi- pagi sudah terbangun karena gemuruh angin yang saling berpapasan didepan sana. Tidak ada pendingin ruangan, iya, semuanya alami. Itu saja, dingin, sampai harus pakai selimut. Setelah wangi dan rapi, sekalian
check out, karena malam kedua di
Kandy, aku bermalam di rumah teman
Couchsurfing.
Jalan kaki menapaki setiap inchi tanah, menyusurinya, mengikuti lekuk bentuknya hingga kaki ini berhenti sendiri karena perintah mata. Iya, aku suka sekali kota Kandy, aku suka Srilanka, entah kenapa? Dibanding Colombo, aku pilih Kandy. Penduduk lokalnya ramah, bagiku, mereka itu bersahabat. Selalu, mendapatkan orang yang akhirnya malah mengantarkan aku ketika bertanya dan aku kelihatan kebingungan.
|
Masala Thosa...yummy... |
Dari
hostel, aku cari makan pagi disekitaran sana. Tentu, harus coba makanan lokal. Itu sudah wajib. Sepiring
Masala Thosa seharga 210 Rupee. Bukan masalah dosa yeee!!! hehehe... Kenyang dan saatnya melanjutkan petualangan. Aku tetap, mengandalkan kekuatan kakiku untuk menjelajah
Kandy. Herannya, seharian gitu, tetap, sebadan masih lumayan bersih dibandingkan cuma sejam jalan kaki di Jakarta.
|
Buddha Tooth Temple. |
Buddha Tooth Temple menjadi tujuan pertama hari itu. Berhenti sejenak di
tourist information untuk mendapatkan petunjuk bagaimana caranya jalan kaki kesana, sekalian mencari informasi tambahan, apalagi yang bisa didapat dari
Kandy ini?
Kemudian, melewati pasar lokal yang sangat menggoda untuk masuk kedalamnya. Walaupun tidak beli apa- apa, bertegur sapa dengan orang lokal dan penjual saja, keknya, senang. Lah, perasaannya gimana coba, cuma aku satu- satunya yang putih diantara mereka semua. Aku diajak ngobrol, ditanyai, ditebak, aku berasal dari negara mana?
|
Ranselahok ada dipasar... |
Aku kok merasa seperti di
Kabanjahe, Tanah Karo. Hampir sama, udaranya, bedanya,
Kandy jauh lebih besar, sedikit lebih maju dibanding Kabanjahe.
Tanpa beban, aku melangkahkan setiap gerakan kaki dan membuatnya menjadi langkah yang sempurna disetiap kesempatan itu. Hingga akhirnya, kakiku berada tepat didepan
Buddha Tooth Temple.
|
Bagian depan Buddha Tooth Temple. |
Didepan
temple, ada barisan pedagang yang jual bunga- bunga persembahan. Aku beli ukuran paling kecil, 20
Rupee. Kamu harus melewati pintu pemeriksaan, tanpa mesin detektor yang canggih. Cowok dan cewek dipisah, petugasnya juga sesuai dengan
gender. Setelah itu, kamu harus jalan kaki sekitar 10 menit, atau mungkin bisa lebih lama, tergantung kecepatan kaki dan kemauan hatimu.
Ada tour guide lokal yang bersedia menceritakan sejarah Buddha Tooth ini dengan imbalan sejumlah Rupee. Aku sih tidak mau, toh, sejarah dan cerita tentang Sang Buddha, aku masih ingat dan paham kok. Dulu, masih SD, aku bahkan hafal mati, sejarah perjalanan Pangeran Siddharta hingga mencapai penerangan sempurna.
Tiket masuk ke dalam temple 1.500 Rupee. Tidak boleh pakai alas kaki. Kamu boleh menitipkannya tepat disebelah loket. Penjaganya sih minta beberapa Rupee. Aku tidak kasih juga. Hahahaha... Atau kamu bisa bawa masuk ke dalam temple dengan memasukkannya ke dalam tas kamu.
Siang itu, matahari terik. Lantai menjadi panas banget untuk diinjak. Dengan tertatih- tatih, aku melangkah dengan cepat, sedikit berlari. Begitu serahkan tiket masuk, kamu akan dikasih souvenir. Kalau kamu, aku sih tidak tahu, karena aku, begitu melangkah masuk, aku merasakan sebuah kedamaian, tentram dan nyaman. Entah itu, hanya sebuah perasaan saja. Tapi, begitulah adanya. Menikmati setiap sudut bagian dalam temple itu.
|
Salah satu bagian dalam Buddha Tooth Temple. |
Mengitarinya, berusaha memahaminya serta mencari, dimana tempatnya
Buddha Tooth itu berada. Cuma satu saja sih, yang bagiku, tempat ini menjadi kurang, yaitu ramai, banyak turis yang lalu lalang. Hahaha.. ya iyalah, inikan tempat wisata, wisata religius. Mau sepi, ya dirumah saja. Jadinya, bingung melihat orang mondar- mandir.
Dibagian lainnya, ada catatan sejarah perjalanan Sang Pangeran Siddharta hingga mencapai penerangan sempurna dan menjadi Buddha. Aku akhirnya, milih duduk diam, meresapi, menenangkan diri, berbicara pada hati, intropeksi diri hingga mencari kebenaran diri, apa sih yang aku butuhkan dalam hidup ini? Apalagi yang kamu butuhkan ? Sungguhkah itu menjadi kebutuhanku?
|
Silahkan dibaca... |
Perenungan itu berlangsung sekitar 15 menit, kemudian berpindah ke sebuah tempat istirahat seperti rumah panggung gitu. Disana, ada beberapa turis dan orang lokal, sedang duduk santai, menikmati angin sepoi. Masing- masing tenggelam ke dalam alam bawah sadarnya. Termasuk aku.
Aku harus kembali lagi kesini nanti sore jam 6. Karena upacara persembahan kepada Sang Buddha baru akan dilaksanakan pada sore hari. Ketika itu, Gigi Sang Buddha akan diperlihatkan dari jauh. Untuk itu, buat kamu yang punya rencana ke Kandy dan ingin ke Buddha Tooth, ada baiknya datang saja sekitar jam 6 sore, sekalian melihat upacaranya.
|
Upacara persembahan. |
Aku datang lagi jam 6 sore, aku penasaran dengan upacaranya, penasaran dengan
Buddha Tooth-nya. Kali ini, jauh lebih ramai, jauh lebih padat, jauh lebih banyak orang. Tidak hanya turis, orang lokal saja sangat banyak. Mereka berbondong- bondong kesini untuk menyembah
Sang Buddha. Jadi, ceritanya,
Srilanka, kebagian
Gigi Sang Buddha, dan ini menjadi sangat saklar, khususnya umat
Buddha di
Srilanka.
|
Antri |
Sampai harus antri untuk bisa memberi penghormatan kepada
Sang Buddha. Melihat dari dekat
Buddha Tooth, yah... memang tidak kelihatan sama sekali. Yang dilihat, adalah guci emas berlapis berlian, dimana
Gigi Sang Buddha disimpan. Umat Buddha, notabene, penduduk lokal, berdoanya sangat pakai hati. Ya, sebenarnya,
apapun latar belakangmu, ber-agama-lah sesuai hati, ber-agama-lah sesuai panggilan nurani, bukan karena orang lain. Semua agama mengajarkan kebaikan, menuntun hidup kita agar tidak tersesat dan tidak melakukan perbuatan yang menurut agama, tidak boleh.
Sebelumnya, setelah keluar dari
Buddha Tooth siang tadi, ceritanya hujan deras. Untuk menunggu hujannya pergi, aku makan siang di salah satu restoran
India. Restoran? Mewah banget. Hahaha.. Makan sepiring nasi
Briyani ayam, seharga 400
Rupee.
|
Nasi Briyani ayam.. |
Tujuan selanjutnya,
Big Buddha. Masih gerimis, akhirnya naik tuk-tuk naik keatas. Bayar 300
Rupee pp untuk berdua. Aku
shared dengan
Jee, backpacker asal Malaysia. Cukup jauh juga. Tapi, kalau tidak hujan, aku sih lebih pilih jalan kaki, sembari bisa melihat sudut kota lain dari
Kandy. Sangat menarik. Pakai tuk- tuk saja, sampai-nya sekitar 20 menit-an.
Tiket masuk
Big Buddha 200 Rupee. Tidak boleh pakai alas kaki. Dari pada harus bayar ke penitipan, aku taruh di tuk-tuk saja.
Big Buddha ini tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan
Big Buddha yang ada di
Hongkong. Tangganya juga cuma ada beberapa puluh saja. Sebentar deh sudah tiba dipuncak.
Dari atas, kamu bisa menikmati
Kandy. Menikmati pemandangan gunung yang mengitari
Kandy. Aku suka momen itu. Aku suka pemandangan itu. Udaranya segar, aarrgg...
aku ingin ke Srilanka lagi. Tidak berapa lama, aku disana. Selain masih gerimis, teman
Couchsurfing-ku sudah menunggu untuk
meet up. Sepertinya, untuk ke
Big Buddha, selain jalan kaki, hanya bisa pakai tuk- tuk atau mobil kecil. Jalanan menanjak, berlikuk serta tidak terlalu besar.
|
Pemandangan dari atas Big Buddha. |
Setelah turun, aku dibawa si teman ke kedai kopi. Ngobrol panjang lebar, aku, seperti biasa, selalu banyak tanya, selalu kepo, pengen tahu segala hal tentang kehidupan mereka. Aku pesan secangkir teh manis panas. Oh ya,
Srilanka menjadi penghasil teh. Seperti saat aku naik bus ke
Nuwara Eliya dan
Ella, hampir sepanjang perjalananku disuguhi perkebunan teh. Dan itu juga menjadi salah satu tempat wisata yang mendapat tempat tersendiri di hati turis.
|
Pertunjukkan budaya lokal. |
Kemudian, aku nonton pertunjukkan budaya lokal yang terletak dekat dengan
Buddha Tooth. Tiket masuk per orang
1.000 Rupee. Ya itu, kayak kamu nonton
show di Thailand atau China, atau dimana sajalah. Cerita rakyat, budaya lokal dan sejarah perjalanan sebuah negara. Lebih kurang begitu.
Nah, habis dari sini, aku langsung ke
Buddha Tooth untuk melihat upacara persembahan tadi. Hujan masih mengguyur Kandy hingga malam. Hari itu, melelahkan juga, hari itu, seru, senang, bertemu sapa dengan banyak orang lokal, melihat banyak hal yang menurut aku, sama sekali tidak mencerminkan
Srilanka yang selama ini aku bayangkan.
|
Mom, Ranselahok dan Benjamin. |
Malam itu, aku nginap di rumah
Benjamin. Mampir ke hostel untuk ambil tas. Rumahnya jauh banget dari pusat kota. Letaknya dilereng gunung gitu. Akkh... aku tidak tahu, aku dimana malam itu. Yang pasti, aku tidak kehujanan. Aku terlelap dalam mimpiku. Aku semakin tahu tentang kehidupan mereka. Aku ngobrol bareng dengan mamanya
Benjamin, aku ketemu dengan papanya, ngobrol banyak. Aku dihidangkan makanan lokal yang, arrghh... pengalaman itu cuma terjadi sekali saja.
Thanks Benjamin...
Intinya, tidak cukup 2 hari untuk mengeksplore Kandy. Masih banyak yang aku lewatkan. Karena itu, aku ingin ke Srilanka lagi.... Silahkan check website resmi Srilanka deh...
With Love,
@ranselahok
---semoga semua mahluk hidup berbahagia---
0 komentar :
Post a Comment