Tanggal 17 Januari 2015
Trip pertama diawal tahun 2015 ini lumayan ribet. Pasalnya, selain keluar dari jalur yang sudah semestinya yang harus dilalui, rute perjalanan juga mengalami perubahan terus -terusan. Menjelang keberangkatan, tuh rencana perjalanan baru fixed. Dan pada akhirnya, have fun go mad , enjoyed, ngalir aja.
" Haduh, jangan kasih pilihan -pilihan lain lagi... tambah pusing..." kataku pada travelmate, bebidol.
Sejurus kemudian, aku langsung pegangan kursi, takut jatuh kalau pusing. Tidak lucu donk, titiba, gubrak.. eh.. ini tidak terjadi..
Dan sebelum masuk ke alur ceritaku yang bakalan panjang, dan kamu bakalan bosan, aku mau share dulu nih, pengalaman parkir inap di Bandara Soekarno Hatta.
" Trus..truss.. kiri.. dikit lagi.. dikit lagi..." heh...loe kata aku tukang parkir? #kaco
Sempat ragu juga sebelum memutuskan untuk bawa mobil sendiri dan parkir inap. Setelah bersemedi digunung sekian tahun dan bertanya sana sini, aku putuskan, aku terima dia apa adanya.
Lahan parkir inap di bandara, tepatnya ada didekat terminal 3. Kalau menuju terminal 3, kan ada bundaran, nah jangan ikutin bundaran, kamu langsung belok kiri. Lurus saja, sekitar 200 m sampai kok. Tulisan " PARKIR INAP " terpampang nyata ...
Tempat parkirnya termasuk terawat, bersih dan ada atapnya. Yang pasti, disini tidak ada parkir liar ya. Pas masuk, akan dicatat beberapa data yang diperlukan, kalau yang tidak diperlukan, ya tidak usah.
Paling penting, kasih nomor hape kamu yang aktif dan bisa dihubungi saat kembali lagi ke Jakarta. Kemudian, periksa nomor plat mobil dikertas parkir yang dikasih. Pastikan itu nomor mobil kamu, kalau bukan, kembali saja. Ada satu kertas kecil berisi makanan ringan untuk semasa traveling kamu, hah? Bukan.. bukan itu... Kertas kecil itu ada tertera nomor handphone yang bisa kamu hubungi dari pihak parkir inap.
Nah, tanda terima itu simpan baik- baik ya, karena itu bukti mobil kamu ada didalam lahan parkir itu. Hilang? Bakalan terjadi pertumpahan darah deh, sepertinya.
Pastikan, barang bawaan sudah terangkut semua. Mobil sudah dikunci dengan benar, mesin ingat dimatikan ya.. #hehehe... siap-siap dilempar pembaca.. Kaca jendela ingat dikunci juga. Periksa dengan seksama deh intinya.
Jika sudah ready, kamu dijemput pakai mobil bukan pakai andong ke terminal yang kamu tuju. Tinggal bilang saja, mau kemana? Ke Monas, boleh tidak bang? Boleh... naik taxi saja.
Kamu akan diantar sampai didepan terminal keberangkatan kamu. So, sudah pasti aman. Tapi perhitungkan juga waktu. Jangan sampai mepet- mepet. Takutnya ada macet atau hal- hal lainnya, seperti ada Si Komo...
Ini ceritanya sudah pulang ya, pura- pura sudah traveling..
2 hari kemudian..
Ambil kertas kecil itu dari dompet. Tekan nomor yang tertera disana, seketika, duaketika, tigaketika, mulai emosi dikit - dikit. Serius.. nomor yang dihubungi tidak aktif, nomor yang dihubungi sedang sibuk, hingga lebih dari 30 kali mencoba.
Senasib, beberapa orang lainnya, sibuk telpon juga, hasilnya nihil. Niatnya mau cepat, eh.. malah lama. Butuh lebih dari 30 menit, telepon yang sibuk itu tersambung juga.
Disini nih, fungsi nomor telepon dikertas kecil itu, buat hubungi pihak parkir inap, jemput kamu. Kasih tahu, kamu ada diterminal berapa.
5 menit dari pembicaraan ditelepon, mobil jemputannya datang. Walau sempat kesal, tanpa banyak kata dan kalimat, aku naik ke mobil biasa saja. Eh, ternyata, tuh mobil jemputan penuh. Malah kelebihan penumpang.
Oaalaa... supir yang sigap dan cekatan, ramah dan baik hati. Ada 2 penumpang temanan, sementara slot kursi tinggal 1 kosong. Supir telepon minta dikirimin mobil lainnya. Lama tidak diangkat, mungkin sudah malam, hujan barusan reda, jadi tidak kering kali.
Salah satu dari mereka menawarkan diri untuk duduk dibagian bagasi belakang saja, biar tidak lama. Dengan sigap dan cekat, sang supir menawarkan ganti posisi. Bapak bisa nyupir? Biar saya saja yang dibelakang, bapak nyupirin. Dan malam itu, sungguh ... ... ... Isi sendiri saja...hahaha..
Diantar oleh penumpang itu sampai ditujuan dengan selamat. Turun , hidupin mesin mobil kemudian langsung pulang. Malam itu sepi, sunyi dan aman.
"Stop...stop... mau pulang saja ini bapak, bayar dulu donk.. " pura- puranya dicegat dipintu. Padahal kan memang bayar dulu baru bisa keluar dari parkiran.
" Total R 236.000 pak..." kata mas itu.
" Itu untuk berapa jam mas? " tanyaku lagi
" 50 jam..." jawabnya lagi.
Well, aku masuk parkiran tanggal 17 Januari 2015 sekitar jam 1 an. Keluar parkir tanggal 19 Januari 2015 jam 10- an malam.
Kesimpulan aku, mahal.....
Kesimpulan aku, jauh lebih mahal dibanding aku naik taxi.
Belum lagi , uang bensin, uang tol, masih setir sendiri lagi.
Mungkin, untuk bisnis trip yang berangkat pagi , pulang malam, lebih cocok.
Untuk keamanan dan kenyamanan, aku setuju, kategori bagus. Pelayanannya cukup memuaskan.
Tarif parkir : Rp 20.000,- / 4 jam pertama , untuk selebihnya, dikenakan Rp 4.000,- / jam.
Beginilah, pengalaman aku parkir inap di Bandara Soekarno Hatta. Semoga informasi ini bermanfaat ya. Aku sih kurang cocok untuk trip 3 hari, mungkin buat kamu cocok.
With Love,
@ranselahok
13 tahun saya mondar mandir di bandaraSoetta, saya belum pernah tahu parkir inapnya di mana
ReplyDeletedekat terminal 3 pak.. dari bundaran ke arah terminal 3, langsung belok kiri, ikutin jalan, sekitar 200 meter sudah sampai.
Deletewah saya baru tau ada parkir inap mas, kirain rumah sakit doank yang ada rawat inap ya hehehe... sip makasih informasinya sangat bermanfaat :)
ReplyDeleteyupss.. trims sudah mampir..
Deletewehh mihil yak... kirain.murce, rencananya mo liburan sminggu ke KL soalnya.. mending pk taksi aja deh kl getohh...
ReplyDeleteMahal aja lebih mahal dari tiket pesawat nya. baru mau nginepin 3 hari, thanks buat info nya. ..
ReplyDelete