Tanggal 31 Maret 2017.
Untuk pertama kali, aku ke Hongkong lewat Macau naik Ferry
Turbojet. Karena belum ada itinerary, awalnya aku pikir, mau 2 malam di Macau.
Hari pertama di Macau, aku merasa kok kurang sreg, kurang suka saja ( bisa bacadisini ), aku putuskan ke Hongkong saja. Trip tanpa itinerary seperti ini ada
serunya juga, sesuka hati berpindah tempat kalau tidak berkenan.
Pengaruhnya, ya ke penginapan. Kerja keras mencari
penginapan di Hongkong saat masih di Macau. Beruntungnya, aku dapat kamar
dormitory punya Apple Inn Hostel dikawasan Tsim Sha Tsui. Dari Macau berangkat
jam 8 malam, bayar 189 HKD. Tujuannya ke Sheung Wan. Nah disini, kesalahan aku,
harusnya aku beli tiket ferry langsung ke Tshim Sha Tsui, dari pada ke Sheung
Wan, musti naik MTR lagi ke Tshim Sha Tsui, habis waktu, tambah biaya. Aku
sudah tahu, tapi karena lihat dipapan bacaan, jam 8 ferry akan berangkat, saat
itu sudah jam 7.50, ya sudahlah. Baru sadar, itu ke Sheung Wan.
MTR EXIT J, tepat berada disebelahnya Mesjid. |
Hongkong juga hujan, gerimis. Cari lokasi hostel di Hongkong jauh
susah loh. Butuh ketelitian membaca dan kesabaran. Karena hostelnya bukan 1
bangunan sendiri. Dia seperti kantoran, ada di gedung tinggi, gabung dengan
bisnis lainnya. Massage, salon, kantor dan rumah tinggal. Aku, bahkan tanya ke
orang lokal Hongkong saja, mereka bisa kasih petunjuk yang salah.
Tiba di hostel sudah jam 10- an. Checked in lalu terkejut.
Semuanya serba kecil. Kamarnya kecil, tempat tidurnya kecil, kamar mandi dan
toilet digabung, juga kecil. Sempat kecewa dan merasa, salah deh nginap disini. Niat hati ingin pindah
saja malam berikutnya. Senangnya dimana ya lebih lama dimana. Baru pertama kali nginap di hostel Hongkong.
Staff-nya ketus, galak, ngomong seadanya, ditanya rada cuek.
Malasin banget. Ya begitulah Hongkong, tempatnya bagus, orangnya tidak ramah.
Dari dulu sudah demikian. Ngomongnya kencang pakai suara keras. Sajikan
makanan, tuh piring dan sendok, pakai gaya lempar, tapi kerjanya cepat,
jalannya cepat, disiplin. Tidak semua
sih. Ada juga yang baik dan ramah, ditanya jawab dengan senyum, bahkan sampai
cerita panjang lebar.
Apple Inn terletak tepat di depan MTR Tshim Sha Tsui, keluar
di exit J, belok ke kiri, nyebrang, nah ketemu deh Apple Inn. Patokannya
gampang banget sih sebenarnya. Sebelah kanan dari exit J ini ada sebuah mesjid,
tepat seberangnya ada Giordano. Nah kalau Kawloon Park juga disana. Seberang
dari gedung Apple Inn.
Nginap disini sih, aku sih bilang okey banget. Tidak jauh ke
dermaga Ferry buat nyebrang ke Central dan ke Wan Chai. Ke water front lihat
indahnya Hongkong tinggal ngesot saja, mau ke Star Avenue Garden juga didaerah
sana. Cari makan, buat aku gampang. Ada MC Donald, ada Fairwood, KFC.
Apple Inn sendiri ada dilantai 11 dari gedung Mansion,
Haiphong Road. Aku ambil kamar dorm yang muat 10 orang. Bayangkan saja,
kamarnya saja sudah kecil, tapi buat ber-10. Itulah hebatnya Hongkong, karena harga
properti yang super duper mahal, mereka harus bisa memanfaatkan segala space
yang ada. Bisa punya flat sendiri di Hongkong sudah termasuk sangat mapan.
Teman Hongkong sih bilang begini, kebanyakan anak muda itu masih serumah sama
orangtuanya dan berbagi kamar dengan saudaranya yang lain. Makanya, tidak
heran, mereka selalu keliyuran sampai larut malam baru pulang. Hanya untuk
tidur saja. Besok pagi- pagi sudah keluar rumah lagi. Beruntunglah kita yang
tinggal di Indonesia, apalagi yang dikampung, yang punya halaman gede, ada mini tanam itu, bisa pelihara ini-itu.
Sempit, jalan saja harus antri. Atur alur keluar masuk.
Sistem buka tutuplah, kayak lagi macet saat liburan kalau keluar kota di
Indonesia. Taruh tas saja ribet. Dan aku dapat bed yang dekat jendela. Yuhuuuu…
bisa buka jendela biar udara luar bisa masuk. Sirkulasi udara-lah. Aku terlelap
juga malam itu, udara dingin masuk melalui celah jendala yang aku buka. Tenang
dan tidak berisik, tidak ada kebisingan dari luar. Full AC, tapi kamar sekecil itu diisi 10
orang, kebayang dong. Lelapku mulai terusik, ketika seorang turis asal China
mulai masuk ke alam mimpinya. Buset, dengkurannya luar biasa, tarikannya dari
malam sampai pagi tidak ada hentinya, tidak ada capeknya. Kencang lagi. Tepat
diatas ranjangsaya.
Kamar mandinya kecil. Aku yang bilang kamar mandinya hostel
di Jepang kecil, di Hongkong malah lebih kecil lagi. Gabung lagi sama toilet.
Jadi ya kamu mandi, airnya basahi lantai sepetak itu dan closet. Begitupun,
hostel ini cukup bersih, cukup nyaman. Ada encik Hongkong yang datang beberes
tiap pagi. Nah, yang ini, orangnya ramah deh.
Selain free wifi yang kencang. Disediakan air minum
sepuasnya. Bisa pakai handuk mereka. Tertulis disana sih, bisa laundry gratis
juga. Tidak ada sarapan pagi. Ada hair dryer. Staff-nya gantian. Pakai shift.
Semuanya anak muda berbahasa Inggris, Canton dan Mandarin.
Karena nyaman setelah bangun tidur, aku kok jadi suka. Tidak
tahu kenapa? Mungkin hostel ini yang menawarkan harga yang paling murah juga
kali ya. Ini berdasarkan penawaran harga dari Agoda pada tanggal yang dicari.
Aku perpanjang lagi deh. Maksud hati ingin langsung perpanjang sampai masa
liburan habis. Apa daya, harga yang muncul untuk tempat duduk sekecil itu harus
bayar Rp 600.000 –an. Tidak jadi. Sempat cari tempat lain, jauh lebih mahal.
Ada yang bahkan sudah jutaan untuk ukuran yang sama kecilnya, dormitory juga.
Kemudian, aku cari per tangga;, baru muncul harga yang masuk di-akal.
Malam pertama, aku bayar Rp 179.915.- , malam kedua tinggal Rp 181.794,- .
Sedangkan malam selanjutnya, walaupun dicari per tanggal, yang muncul sudah
diatas Rp 500.000,- an.
Biarlah, pikirku. Nanti malam saja baru cari lagi, syukur-
syukur harga bisa turun lagi seperti yang aku dapat. Setelah seharian jalan-
jalan, pas pulang, langsung cek harga kamar. OMG… sudah tidak ada kamar. SOLD
OUT. Buru – buru ke staff-nya lah, bayar langsung kali ya, bisa dapat kamar.
TERNYATA, sengaja di hold sama bos-nya. Berhubung sudah masuk ke masa hari
libur di Hongkong, jadi bakalan ramai. Aku diminta tunggu 30 menit. Tidak ada
kabar juga. Sampai besok paginya, tetap tidak ada kabar, intinya dia bilang
tidak ada kamar.
Agak kecewa sih. Kenapa? Semalam saat bersama staff-nya, ada
beberapa backpacker yang datang dan mau nginap malam itu juga, tetapi ditolak.
Padahal ya, kamar aku masih sisa 1 ranjang yang kosong. Kecewa lagi, penawaran
hostel lain semuanya sudah diatas 1 juta untuk per malam di daerah Tshim Sha
Tsui. Ada yang lebih murah tapi jauh, Youth center menawarkan harga di Rp
220.000,- an per malam.
Intinya, hanya nginap 2 malam di Apple Inn. Sisanya aku
pindah. Sesaat sebelum checked out, aku baru dapat kamar di daerah Mongkok. Kerja
keras bongkar gudang Agoda. Ya, harganya masih murah dibanding yang lain.
Tungguin review tentang hostel di Mongkok ya…
Buatku, Apple Inn menawarkan harga termurah yang aku dapat kemaren itu. Beberapa backpacker yang datang juga berpendapat yang sama.
With Love,
@ranselahok
---semoga semua mahluk hidup berbahagia---
Saya rencana 2 minggu di HKG, mas. gara2 tiket promo. mau dirubah jadwalnya udah keburu mahal. Di Apple Inn ada microwave mas ? saya rencana mau masak sendiri. biar lebih irit yah
ReplyDelete