Setelah perjalanan estafet dari Makassar ke Tana Toraja berlanjut langsung ke Tanjung Bira, kemudian sebelum pulang ke Makassar, kami mampir sejenak ke Apparalang. Masih terletak di Bulukumba, satu jalur dengan Pantai Bira. Jika ditarik garis pantainya, airnya masih saudaraan. Boleh dikata, asinnya keringat traveler yang main di Bira, masih bisa dirasakan di Apparalang deh... gitu... #lebay...
Dari si teman, aku dijelaskan sekilas tentang cara menuju ke Apparalang. Rasanya kurang puas, akhirnya Om Google juga yang menjadi andalanku. Sedangkan saat perjalanan, Google Map yang menjadi tuan dalam diriku.
Walaupun saling berdekatan dan masih berada dalam satu wilayah dengan Tanjung Bira di Bulukumba, Apparalang sedikit susah dijangkau. Pasalnya, objek wisata ini masih asri dan jauh dari jangkauan dari traveler. Termasuk anti mainstream deh..
Jalan menuju ke Apparalang sendiri memang sedikit sukar. Butuh perjuangan dan tantangan sendiri. Ada yang bilang, lebih baik pakai motor deh masuk ke sana, karena jalanan curam dengan sudut kemiringan yang lumayan landai. Kalau mau pakai mobil juga bisa. Begitu kata orang.
Ternyata eh ternyata, ada benarnya. Sebelum mencapai objeknya, dari jalan raya, masuk ke dalam masih butuh sekitar 20 menit lebih lagi pakai mobil. Melewati jalanan menurun yang lumayan curam, sebagian sudah aspal, sebagian masih jalan tanah , kanan kiri masih hutan. Dan ketika, sudah diujung jalan, semua yang dilalui yang awalnya terasa kurang meyakinkan, akhirnya sirna dan berganti dengan kesenangan yang tidak bisa tergantikan apapun. Barisan pemandangan indah dari alam semesta yang terkandung didalamnya, terpampang jelas didepan mata. Mau tahu cara menuju ke Apparalang, boleh langsung ke sini deh, kemaren aku juga mendapatkan petunjuk dari dia. #ThanksBro...
Apparalang, lebih tepatnya mirip Uluwatu yang ada di Bali. Hanya bisa menikmati pemandangan indah biru dan hijau air laut. Dibilang, bagaikan Raja Ampat. Aku sendiri tidak komen, karena aku belum sampai ke Raja Ampat. Tidak ada garis pantai yang dipenuhi dengan pasir putih yang bisa dipakai untuk berjemur, lari- larian dan bersantai. Tapi bisa berenang dan snorkeling. Arusnya lumayan deras.
Bisa turun sampai kebawah sih. Ada anak tangga yang membawamu turun. Duduk dan bersantai dijembatan buatan menjadi cara tersendiri untuk menikmati Apparalang. Indah , aku setuju. Indah banget malahan.
Dibalik sejuta pengorbanan yang telah diperjuangkan, tersimpan milyaran keindahan yang siap menantimu.
Di Apparalang, jalanan masih tanah, belum ada campur tangan yang berarti dari pemerintah ataupun pihak swasta. Tempat parkir juga masih seadanya. Gerbang masuk juga sekadarnya saja. Awalnya, kami sempat ragu, apakah kami menuju jalan yang benar atau jangan- jangan , sudah tersesat. Petunjuk arahnya juga tidak kelihatan. Satu- satunya , hanya bergantung sama Google Map, itupun berdoa, semoga tidak hilang jaringan internetnya.
Karena belum ada campur tangan dari pihak luar, belum ada yang jualan makanan. Hanya ada stand kecil yang jualan cemilan, itupun seadanya saja. Jelas, tidak ada penginapan sama sekali, apapun itu kelasnya.
Pasti, traveler menggunakan kesempatan disana untuk berfoto- foto. Bagi yang hobi hunting, Apparalang menjadi tempat yang sangat strategis dan cocok. Siapkan alat perang kamu sebelum datang, jangan sampai penyesalan menghampiri kamu.
Bagi yang kurang suka foto ataupun di foto, bersantai dan menikmati laut lepas menjadi pilihannya. Sejenak melupakan rutinitas dan kepenatan dari sejumlah aktifitas harian, birunya air laut bisa membuat matamu adam dan hidupmu nyaman. Melamun dan mengkhayal sepertinya tepat sekali dilakukan disana. Berimijinasilah setinggi mungkin, menyatu dengan alam dan berbicaralah dengan-Nya. Karena apapun itu, dengan cara seperti apapun, dimanapun dan kapanpun, hidup adalah tetap sebuah hidup, hidup tetaplah sebuah proses yang harus dilalui setiap dari kita, suka ataupun tidak suka.
Kami hanya 1 jam di Apparalang. Indahnya hari itu harus segera diakhiri , berhubung cuaca akhir tahun yang kurang bersahabat. Langit mulai mendung petanda air dari langit akan segera membasahi tanah kami pijak. Kami bayar Rp 20.000,- untuk parkir, selebihnya tidak ada biaya lagi.
Maraton 2 hari itu berakhir dengan perjalanan kembali ke Makassar. Ditemani hujan deras dan sempat makan siang sebentar, kami tiba di Makassar setelah 5 perjalanan darat. Menyusuri pesisir Sulawesi Selatan, kami melewati banyak sekali pantai. Capek, sudah tentu... Senang , sudah pasti. 2 hari dimobil, tidur dimobil tidak buat kami lelah yang membosankan. Karena, Pantai Samalona dan Pantai Kodingareng Keke sedang menunggu kami... Sudah tidak sabar...
With Love,
@ranselahok
---semoga semua mahluk hidup berbahagia---
Wah, berulang kali anak bunda trip ke Papua, tapi gak mampir ke yang namanya Raja Ampat di Papua Barat. Sayang banget ya, pemandangannya indah pake banget. Subhaanallah ciptaanNya memang selalu memukau.
ReplyDeleteMakasih Bunda sudah mampir ...
Deletemantap nih keindahannya
ReplyDeleteIya nih.. indah banget.. Terima kasih sudah mampir...
Delete