Selama 3 hari di Malaka, aku nginap di Jalan- Jalan Guesthouse. Terletak di jalan tukang emas, dekat banget dengan Jonker street yang merupakan pusat keramaian turis. Jalan- jalan guesthouse ada 2, owner-nya sama. The second house-nya berdekatan kok, hanya jarak beberapa rumah saja, walau terletak dijalan yang berbeda, di jalan tukang besi.
Menurut review dari TripAdvisor, Jalan- jalan guesthouse mendapatkan rating yang tinggi. Aku sih awalnya, guesthouse ini tidak masuk kedalam list. Beberapa nama lain seperti Tidur- tidur dan Rooftop guesthouse yang aku incar. Karena diajak Maria, bule asal Spanyol yang sama bus dari Penang, aku mampir sejenak, sekalian cek harga.
Atmosfirnya sih aku dapat, aku suka. Disambut oleh crew cewe bule asal Spanyol juga. Berambut pendek, tinggi putih. Aku sembari lihat sekeliling, Maria sibuk ngobrol dengannya, teman- temannya Maria inap disini. Dan recommended dari lonely planet juga. Aku dikasih harga RM 20 per malam untuk kamar dorm yang ada ac. Kalau cuma fan, harga RM 18. Beda RM 2 saja, kenyamanan beda banget. ( 1 RM = Rp 3.415,- ).
Tempat ngumpul traveler @ist house |
Karena masih ingin mendapatkan harga dibawah itu, aku ngitari area backpacker. Ketemu Tidur- tidur yang menawarkan harga RM 15 per malam, tapi full dan kamarnya lebih kecil. Rooftop lebih mahal, RM 28 per malam. Sepertinya, aku harus kembali ke Jalan- jalan guesthouse.
Lorong masuk second house, mereka juga menyewakan sepeda. |
Kembali kedua kalinya, cewe bule putih tadi sudah tidak ada. Gantinya, cowok Spanyol yang bertindak sebagai crew. Aku sempat tanya, awalnya, aku pikir dia pemiliknya. Ternyata, mereka, bule- bule ini kerja untuk orang Malaysia. Aku sih tidak tanya, bagaimana perhitungannya. Paling tidak, barter jasa kali, mereka dapat penginapan gratis. Selain itu, ada seorang mbak asal Indonesia yang bekerja sebagai housekeeping. Sayangnya, aku harus bayar RM 22 per malam. Alasannya, karena ini weekend. Aku juga sudah bilang, cewe tadi pagi baru kasih RM 20. Parah.. Ya sudahlah.
Box warna merah ini adalah tempat taruh kunci |
Well, crew-nya baik- baik, begitu juga dengan owner-nya. Helpful banget. Aku tinggal di second house. Sebelum bayar, aku minta diantar untuk lihat kondisi kamar dulu. Suasananya nyaman dan bersih. Ada ruang tamu yang luas, ada tersedia air panas plus bubuk kopi dan teh, free minum sampai sepuasnya. Gelas minum ya harus cuci sendiri. Dan yang terpenting, free wifi kencang 24 jam nonstop.
Living room |
Harga RM 22 per malam untuk dorm 6 orang sih pantaslah. Sudah full AC dan dikasih loker kecil untuk menyimpan barang- barang berharga. Amanlah. Kamar mandi dan toilet bersih. Pakai shower. Second house juga ada housekeeping-nya sendiri. Bapak paroh baya yang lebih senang diajak ngobrol pakai Inggris daripada mandarin. Akses keluar masuk second house pakai kode.
Proses reservasi juga cepat. Seperti biasa, dicatat nama sesuai paspor. Langsung bayar sesuai dengan kesepakatan. Hari pertama masuk, kamar penuh. Aku baru bisa check in setelah jam 12 siang. Aku titip tas, numpang mandi di guesthouse pertama. Sudah wangi, aku menjelajah Malaka yang menjadi bagian UNESCO World Heritage. Check out gampang juga, tinggalkan kunci loker di drop box saja. Artinya, kejujuran dan kepercayaan disini sangat penting dan di uji.
Jalan - jalan guesthouse dekat kemana- mana. Sebut saja Dutch square ( bangunan merah ) yang menjadi pusat pariwisata, Jonker street apalagi, mau hunting kuliner rice ball, cendol, sate celup, semuanya dekat. Didepan guesthouse ada mesjid, ada vihara dan sepanjang jalan tukang besi dan tukang emas, berjejel guesthouse. Kamu tinggal pilih yang sesuai selera dan kantong.
Bed room |
Aku suka Jalan- jalan guesthouse. Cukuplah buat aku yang cuma numpang tidur dan berleha- leha sejenak kalau capek. Ruang tamunya bisa dimanfaatkan untuk ngobrol dengan sesama backpacker. Bisa kenalan dengan traveler dunia yang punya banyak pengalaman seru dan unik. Berbincang sampai larut malam dengan turis China, ngborol panjang lebar dengan turis Perancis yang akan melanjutkan tripnya ke Kamboja dan Vietnam.
Beginilah serunya kalau traveling ala backpacker, bisa nginap di guesthouse atau hostel tanpa harus mengeluarkan uang banyak hanya untuk tidur saja, tidak harus terikat itenerary yang kaku. Bisa bertemu dan kenalan dengan banyak orang, interaksi langsung dengan orang lokal dan mempelajari kehidupannya lebih dekat.
Jika suatu hari, aku punya kesempatan ke Malaka, aku tetap akan inap di Jalan- jalan guesthouse. I wish...
With love,
@ranselahok
---Semoga semua mahluk hidup berbahagia---
wah keren juga tempatnya ya.....
ReplyDelete