Banyak baca review dari blog pergidulu.com sebelum berangkat ke Malaka akhir bulan lalu. Terutama mencari ide tempat kuliner yang wajib diburu selama berada di Malaka. Dan seperti yang aku bahas dipostinganku sebelumnya, Malaka selain menjadi tujuan wisata sejarah, juga mempunyai daya tarik dari sisi kuliner yang sanggup menarik minat turis untuk mau kesana.
Okey, tidak perlu basa- basi lagi, selama 3 hari 2 malam di Malaka, macam- macam kuliner yang menurut aku memang pantas untuk dicoba.
1. Chicken Rice Ball
Sesuai dengan namanya, nasi ayam dengan bentuk bola. Eittss, nasinya yang dibentuk bola, bukan ayamnya yang berbentuk bola, apalagi bolanya yang berbentuk nasi. #tambahngaco. Sebenarnya, banyak restoran yang menjual chicken rice ball, tapi, anehnya yang benar- benar laku dan menjadi favorit hanya 1. Boleh deh hitung 2.
Rela antri lama dan berjemur dibawah teriknya matahari, para pemburu kuliner tetap saja tidak peduli. Antri bukan karena kokinya lama, antri hanya untuk mendapatkan meja, setelah kamu sudah dapat meja, kamu wajib tunggu lagi, pesanan kamu diantar.
Yang paling happening punya sih Kedai Kopi Chung Wah. Letaknya strategis, dari arah Red Square, lewatin jembatan menuju ke Jonker Walk, persis berada disudut jalan sebelah kanan. Aku sendiri, pagi itu, begitu tiba di Malaka, aku langsung ikutan antri. Kebetulan masih sangat pagi, jadi belum banyak yang berbaris ikutan upacara, eh.. ikutan antri. Tapi kejadian tidak menyenangkan terjadi, jreng...jrengg.... setelah giliran aku masuk, ditanya sama pemiliknya, kamu sendiri? Kami tidak melayani porsi kecil loh, porsi besar kamu sendirian tidak habis. Bagaimana? Langsung duduk lemas dipojokkan sambil nangis. Sadis, iya. Sombong banget orangnya, iya. Ya sudahlah, apa boleh buat. Dengan tegar, aku melangkah keluar dari kedainya sambil kepala tertunduk lemas. #iniboong. Tetap keluar dengan semangat dong.
Aku sempat cerita pada orang lokal, pada prihatin sih dan bilang, sombong banget sistem penjualan mereka sekarang. Mentang- mentang sudah ramai saja. Tidak putus asa, masih punya akal dong. Masih ada jalan lain menuju ke Roma. Saingannya, makanya aku bilang boleh hitung 2 deh.
Nasi Ayam Hoe Kee |
Tidak seramai Chung Wah, nasi ayam Hoe Kee menjadi kompetitor utamanya. Hahaha.. Walaupun kadang ada yang antri, kadang kosong, kadang ramai , kadang sepi. Biar rasa penasaran ini terobati, apa sih enaknya chicken rice ball ini? Akupun ikutan baris lagi. Biar tidak kena batu yang kedua kalinya, tanya dulu, dan disini ada jual porsi untuk 1 orang. Hore...
Jarak waktu antri dapat meja sekitar 30 menit. Sudah berada dibarisan depan, boleh langsung order. Kemudian, meja tersedia, bisa masuk. Selanjutnya, duduk manis ya, tunggu orderan kamu datang. Waktu itu, aku hanya sendiri, hanya order 1 porsi kecil saja butuh lebih dari 20 menit. Total antri , hitung sendiri ya... Kalau di Chung Wah, bisa lebih dari 1 jam kali ya...
Chicken Rice Ball |
Worth it tidak antri segitu lama? Selera masing- masing. Nasi yang dibulatin... aku suka. Gurih, kayak makan lontong sih. Sudah tidak terlihat butiran nasinya lagi. Sudah menyatu. Berasa unik dan lucu saja. Belum pernah kan !!! Untuk ayamnya, aku bilang , biasa saja. Sama saja, sebagaimana ayam yang dikukus. Seporsi kecil plus 1 gelas liang teh , aku bayar RM 7,4 ( 1 RM = 3.415,- ).
2. Restoran Pin - Pin Hiong.
Dekat sekali dari Kedai Kopi fenomenal tadi, hanya belok kanan jalan tidak sampai 5 menit, sudah ketemu. Halah, semacam kedai kopi jugalah kalau di Medan. Kabarnya sih sudah puluhan tahun. Orang lokal suka sekali makan disini. Dibanding ke kedai tadi. Serius, aku satu meja sama sepasang suami istri orang Malaka, mereka yang bilang begitu. Disini sangat enak. Kami bahkan sempat ngobrol panjang lebar. Salah satunya, mereka tidak menyangka, aku bisa ngobrol pakai bahasa mandarin. Hahahaa... bangga dikit nih. Oh ya, mereka juga bahas tentang asap kiriman itu. Sudahlah, lupakan...
Kwetiau siram |
Aku order kwetiau siram. Padahal menurut tante itu, bihun / kwetiau / mie kuahnya paling enak. Kenapa tante baru datang setelah aku order ? #cumabatinsajasih. Mencoba memenangkan aku, si tante bilang, yang kamu order juga enak kok. Mereka sekeluarga benaran, order yang kuah.
Suasana restoran, semuanya orang lokal |
Makan disini ya tidak perlu antri segila itu. Begitu ada tempat kosong, nyempil, share meja juga okey. Terpenting, habis makan kamu bayar. TIDAK HALAL#penting. Entah karena lapar atau terbawa suasana, kwetiau siramnya enak. Lagi, sama seperti yang dijual di Pluit dan Muara Karang , Jakarta atau yang sering aku makan di Medan. Tapi, boleh dicoba sih. Kwetiaunya memang agak beda saja. Ini terbuat dari beras. Isinya ada usus babi dan dagingnya, telur yang dihancurkan dan oyster kecil- kecil. Seporsi begini aku bayar RM 6,5.
3. Cendol Bibik House
Tidak terlalu besar tempatnya. Cuma tersedia, mungkin hanya 8 meja buat makan ditempat. Selain jualan cendol sih, ya kayak swalayan gitu, ada jualan snack dan cookies yang langsung dibuat disana. Ada ovennya yang panggang langsung. So, wangi banget setiap kali baker-nya buka tutup tuh oven.
Seporsi cendol RM 5. Tidak terlalu istimewa, bagiku ya. Tapi lagi- lagi, unik saja. Penyajiannya beda dengan kita. Cendol dipisah, cendol ditaruh disatu cawan kecil. Sedangkan es, santan dan kacang merah dicampur menjadi satu, gulanya sedikit, boleh tambah sendiri, tersedia dimeja. Lalu, ditengah es, ada lubangnya. Asumsi aku sih, itu untuk cendol. Hahaha...
Letaknya sudah hampir diujung Jonker Walk. Kalau memang ingin mencoba Cendol Bibik, kudu jalan perlahan mencarinya. Tidak terlalu mencolok, tidak ada antrian. Buatku, masih lebih suka cendol kampung halaman sendiri.
4. Satay Celup.
Ini juga fenomenal. Gila.. Satay celup Capitol, baru buka saja, antrinya sudah sampai 5 rumah. Sistemnya sama, rela tungguin orang lain selesai makan, dapat meja baru bisa masuk. Cuma, lebih cepat, begitu sudah dapat meja, sudah bisa langsung makan.
Namanya juga celup, ya satay-nya dicelup. Ambil apa saja yang ada dikulkas. Per tusuknya RM 0.9. Kayak makan steamboat, ditengah meja, ada api yang senantiasa memanasi bumbu. Aku sih merasakan, ada kacang tumbuk halus, cabai halus yang tidak pedas, ada asamnya, ada manisnya. Bumbunya tidak terlalu kental juga.
Tunggu bumbu mendidih |
Isi satay-nya macam- macam, dari segala sayuran sampai daging- dagingan. Oh ya, makan satay celup ini bukan di Capitol tapi di restoran Ban Lee Siang. Lokasinya, aku tidak tahu. Kebetulan, dibawa makan bareng oleh teman Couchsurfing dari Malaka dan satunya lagi orang Italia. Intinya, Fabio, orang Italia dan aku dibawa pergi pakai mobil sama teman orang Malaka, lumayan jauh, mutar- mutar. Kami makan bertiga bayar RM 36 sudah termasuk minum.
Cara makannya, satay yang diambil masih mentah, semua dimasukkan kedalam wadah yang ada bumbu. Selanjutnya, silakan ngobrol untuk mengusir bosan sembari menunggu satay-nya matang. Sudah matang, silakan dimakan. Penting habis, jangan pernah satay yang sudah dimakan setengah, yang sudah diisap bumbunya, kemudian dicelupkan kembali ke dalam wadah untuk mendapatkan bumbunya lagi. Ini jorok dan tidak sopan. Disediakan piring kok, jadi kamu boleh mangambil bumbu dan tuang ke piring kamu, ya kayak makan sate padang gitu.
Karena itu, seperti yang aku baca, mbak pergidulu.com dan suaminya, tidak mencoba satay celup. Mungkin, alasannya higienis dari bumbunya sendiri. Aku perhatikan, sepertinya memang , sisa bumbu dari orang sebelumnya, ditambah saja dengan yang baru untuk orang selanjutnya. Hahahaa.. Itulah sebabnya, aku bilang, jangan celap- celup satay yang sudah digigit. Issshh.. kebayang deh.. Belum lagi, aku melihat dengan jelas, lidi satenya dikumpulkan ditong besar, sepertinya dicuci untuk dipakai lagi. Wakakaka... Berani mencobanya? Aku sih sudah...
5. Low Yong Moh Restaurant
Sebaiknya datang pagi kesini untuk sarapan. Jika tidak, hanya akan mendapatkan sisa - sisa yang ada. Aku datang jam 11-an. Cuma dapat siomay udang, hakkau udang, kulit tahu isi daging dan bak pao. Tutup setiap hari Selasa. Order ambil sendiri. Terletak dijalan Emas , depan- depan sama Masjid Kampung Kling. Enak, ya aku suka kalau dimsum ini. Bolehlah kamu coba. Ingat jangan datang kesiangan. Untuk 4 menu itu aku bayar RM 9, tidak termasuk minum. Karena aku minum air putih, dikasih free. Hehehee... Tidak halal yoo...
Habis? Belum... Masih banyak kuliner yang bisa kamu cicipi. Siapkan saja kantong duit dan kantong perut saja, Sepanjang jalan di Jonker Walk, banyak sekali menawarkan kuliner yang mengiurkan lidah. Aku sempat ke Pak Putra, 2 kali pergi , 2 kali kecewa, tutup. Sempat juga ke beberapa review dari mbak pergidulu.com, ada yang jauh benar, setengah perjalanan , aku balik, ada yang aku tidak cocok.
Dan paling penting adalah, jika matahari sudah mulai kembali ke peraduannya, kamu jangan ikutan pulang. Bersiaplah untuk bertempur, berburu kuliner di night market Jonker Walk. Dari ujung ke ujung, penuh dengan kuliner. Sembari jalan, jangan sampai tanganmu diam begitu saja tanpa memasukkan sesuatu kedalam mulut. Terasa aneh. Hahahaa...
6. Kuih Lobak.
Lobak digoreng pakai telur. Harganya RM 4 untuk porsi kecil. Tidak perlu dijelaskan. Aku suka, karena aku memang suka lobak goreng. Tidak perlu antri terlalu lama, sekali goreng, bisa dapat banyak porsi.
7. Kwetiau goreng
Karena khasnya Malaysia, aku tidak melewatkannya begitu saja.Hajar. Seporsi RM 4.
Masih banyak lagi lainnya, ada es krim lucu bentuk telur ayam, es lilin, kue kering yang dipanggang langsung disana, minuman yang berbentuk darah, juice kelapa, dimsum panas- panas, hingga makanan berat lainnya. Aku sampai gempor makan.
Juice Kelapa |
Sebaiknya ke Malaka di weekend saja. Biar jelas, baca dulu beberapa artikel berikut ini sebelum ke Malaka :
Ice cream telur |
Aku habis Rp 700.000,- untuk 4 hari perjalanan dari Penang- Malaka, sudah termasuk ongkos bus, makan, minum dan tidur selama di Malaka. Ada hal yang perlu diketahui, silakan tanyakan dikomentar dibawah ini saja.
Minuman bentuk kantongan darah |
Siomay on the street |
With Love,
@ranselahok
---semoga semua mahluk hidup berbahagia---
Selain aku ngiler makanan di foto (except: non-halal), Aku ngiler dan iri, Mas Ahok jalan-jalan terus dan aku nya nggk diajak:((
ReplyDeletehahahaa... bisa-bisa...
DeleteSuka banget ama ayam hainan nya chung wa tapi rice ball nya kagak dech
ReplyDeleteEh.. bang Cumi, aku malahan gak diizini makan di Chung Wah... #kejam...
DeleteAsik baca artikelnya eh ada tulisan merah besar tidak halal.
ReplyDeleteUdah ngiler duluan tapi gak apa-apa lah :D
Seru ya kak dirimu jalan-jalan terus
list tempat makannya bisa jadi referensi, krn januari 2018 udh rencana kl, melaka, penang. tq mas Ranselahok :)
ReplyDelete