Liburan 17-an kemaren, aku manfaatkan pergi ke Tanjung Lesung, setelah sekian lama mendengar indahnya pantai itu sebagaimana yang dihebohkan banyak orang. Sering baca review dari traveler yang sudah dari sana dan melihat foto- foto yang ada di warung mbah Google, memang sangat menarik hati untuk segera menginjakkan kaki disana. Beberapa teman dekat juga menyimpulkan demikian. Akhirnya, berangkatlah kesana, ke Tanjung Lesung yang sedang naik daun.
Berangkat dari Jakarta jam 7 pagi. Satu- satunya jalur yang ditempuh jika kamu start dari Jakarta adalah memanfaatkan tol Kebun Jeruk, Jakarta - Tangerang - Merak. Tidak ada niat untuk menginap disana, dengan dasar pertimbangan, rate hotel yang sangat mahal. Merasa cukup perjalanan pulang pergi saja dan sudah pasti capek.
Kabarnya, walaupun memakai jalur tol tersebut, traveler diberi 2 alternatif untuk bisa sampai di Tanjung Lesung. Pilihan pertama, bisa langsung tancap gas, keluar di pintu tol Cilegon Timur / Barat, kemudian lanjut arah ke Anyer - Carita, tidak berapa jauh dari sana, sampailah Tanjung Lesung. Sedangkan aku memilih jalur kedua, keluar di pintu Serang Timur, pilih jalan menuju Pandeglang arah Labuan, nah jika sudah di Labuan, kamu akan segera tiba di Tanjung Lesung.
Hari itu, perjalanan menuju ke Tanjung Lesung, aku tempuh dalam waktu 5 jam. Ya sangat lama. Sempat terjebak macet ketika sedang berada di Pandeglang. Ketemu warga sekitaran sana sedang lomba baris- berbaris memperingati HUT ke -70 Republik Indonesia. Padahal menurut beberapa blog, hanya butuh waktu 3,5 jam saja. Halah...
Jam 12 siang, tiba di gerbang masuk Resort Tanjung Lesung. Karena perut bergejolak, maka hal pertama yang dilakukan adalah makan siang. Ditemukan rumah makan dipinggir jalan yang diberi nama " Sari Sanjaya ". Tampilannya ya biasa saja. Sederhana, tidak terlalu luas. Sayang sekali, kamar kecilnya tidak tersedia air, begitu yang disampaikan sipemilik.
Menu makan siang itu, sepiring cumi goreng tepung, karedok, sepiring mie goreng dan seekor ikan bakar, nasi putih dan air kelapa. Well, rasa makanannya, standart, tidak terlalu istimewa, tapi okelah. Tidak jelek- jelek amat. Saran, kudu ingatin saat order, jangan pedas- pedas bagi yang kurang bisa makan pedas. Jika tidak, hasilnya seperti pengalaman aku, karedoknya pedas banget, mie-nya juga pedas.
Dengan pelayanan yang sedikit lambat, butuh 45 menit untuk bisa hidangkan menu pesanan. Padahal tidak ada tamu yang order sebelum aku ( posisi sudah selesai makan ). Tapi apapun itu, karena lapar, makan pun sampai nambah- nambah. Kenyang dan kepedasan, akhir dari makan siang itu. Dan ketika mau bayar, barulah mata terbelalak ( bola mata sampai jatuh berkali- kali). Total harus bayar Rp 515.000,-. Bagiku, ini sangat mahal, SANGAT MAHAL. Gila, makan segitu, di Jakarta saja tidak perlu bayar segitu. Okey, kamu pasti bilang, ini kan daerah wisata ? Wajar dong? Tidak ... Sangat tidak wajar. Pengalaman aku traveling diluar negeri, makan mewah dengan 5 - 6 macam menu, sudah ada ayam, udang, ikan, daging saja tidak sampai Rp 300.000,-.
Ya sudahlah, itu sekedar info saja. Bukan juga untuk menjatuhkan sipemilik rumah makan itu. Mungkin bagi sebagian orang, ini masih murah. Balik lagi, ke masing- masing. Jelas... Tidak ada penyesalan, toh makanan sudah masuk kedalam perut. Sudah kenyang, sekarang, saatnya menikmati keindahan Tanjung Lesung.
Dari pintu gerbang, kamu akan diarahkan, apakah mau ke resort untuk inap atau hanya main di pantai? Memakai jalur yang sama sekitar 5 menit, kamu akan bertemu dengan 2 persimpangan, ke kiri adalah masuk ke resort, ke kanan adalah untuk umum. Karena aku tidak ada kamar gratis, hehaha, akupun memilih ke pantai diperuntukkan umum. Masuk harus bayar Rp 40.000 per kepala. Anak kecil dibawah 5 tahun tidak bayar.
Tanjung Lesung... here i am... Akhirnya aku melihat keindahanmu... Eitss... tidak.. Kok begini doank? Kok cuma begini sih? Batinku.. Hahaa... Sudah seperti yang aku bayangkan, bakalan tidak sesuai apa yang selalu aku baca. Pendapat orang beda- beda. keindahan itu menurut masing- masing juga berbeda- beda. Aku, bilang, Tanjung Lesung, biasa- biasa saja. Maaf ya Tanjung Lesung, aku harus jujur, aku tidak sependapat dengan yang lain yang bilang kamu itu indah dimata mereka.Dimataku, kamu tidak..
Bukan berarti, aku tidak cinta wisata Indonesia... Hanya saja, pantai di Tanjung Lesung, bukan menjadi pantai yang masuk dalam daftar pantai yang aku favoritkan...
Sejauh mata memandang, sampah ada dimana- mana. Mungkin begitulah, nasib tempat wisata di Indonesia yang sifatnya umum. Kesadaran akan kebersihan umum masih sangat rendah. Walaupun, penyediaan tong sampah cukup kok. Tanjung Lesung bukan tipe pantai berpasir. Banyak karangnya. Pasir yang ada juga bukan pasir putih yang lembut. Hamparan pasir juga seadanya.
Ditambah lagi, cuaca mulai bersahabat saat kami tiba. Ombak dan angin mulai kencang. Watersport dihentikan. Tidak bisa snorkeling, tidak bisa melihat apa yang ada didalamnya kamu. Sunset trip ditiadakan, bottom boat tidak bisa juga. Jadinya, hanya duduk- duduk manis saja. KECEWA BERAT..
Maksud hati menunggu sunset datang, aku pindah ke area resort. Di resort,suasana pantai tidak jauh berbeda. Hanya saja, disini lebih tertata dan lebih bersih. Taman yang memanjakan mata dengan hijaunya pepohonan dimana- mana. Asumsi aku, baik pantai umum dan resort ini adalah satu pemilik, dikelola satu manajemen. Kebetulan, ada yang mau berenang di resort, aku bisa berleha- leha disofa empuk resort.
Yang ditunggu - tunggu tidak datang juga. Sunset, iya, sunset. Matahari bersembunyi malu dibalik awan saat kembali ke peraduannya. Mendung menyelimuti langit Tanjung Lesung, memaksaku menerimanya apa adanya saja. Sekali lagi, kecewa. Hunting foto sore itu tidak menghasilkan sesuatu yang bisa buat hati ini puas. Menduga, kondisi seperti ini tidak akan berubah, jam 5.30 sore, aku sudah balik kanan, kembali ke Jakarta.
Sekilas info, untuk menginap di resort-nya, satu malam, kamu harus merogoh kocek minimal Rp 800.000,- untuk satu kamar yang berisi 2 orang per malam. Informasi dari teman yang pernah bermalam di cottage-nya, harus bayar Rp 3.500.000,- untuk 1 cottage yang ada 2 kamar yang bisa diisi 8 orang.
Perjalanan pulang terasa lebih cepat dengan jarak dan jalur tempuh yang sama. Memakan waktu 4 jam lebih. Total hari itu, aku habiskan waktu 9 jam lebih dijalan. Worth it? Aku rasa ngak... Paling tidak, aku sudah pernah tahu, bagaimana itu yang namanya Tanjung Lesung ?
With Love,
@ranselahok
---semoga semua mahluk hidup berbahagia---
Berangkat dari Jakarta jam 7 pagi. Satu- satunya jalur yang ditempuh jika kamu start dari Jakarta adalah memanfaatkan tol Kebun Jeruk, Jakarta - Tangerang - Merak. Tidak ada niat untuk menginap disana, dengan dasar pertimbangan, rate hotel yang sangat mahal. Merasa cukup perjalanan pulang pergi saja dan sudah pasti capek.
Kabarnya, walaupun memakai jalur tol tersebut, traveler diberi 2 alternatif untuk bisa sampai di Tanjung Lesung. Pilihan pertama, bisa langsung tancap gas, keluar di pintu tol Cilegon Timur / Barat, kemudian lanjut arah ke Anyer - Carita, tidak berapa jauh dari sana, sampailah Tanjung Lesung. Sedangkan aku memilih jalur kedua, keluar di pintu Serang Timur, pilih jalan menuju Pandeglang arah Labuan, nah jika sudah di Labuan, kamu akan segera tiba di Tanjung Lesung.
Hari itu, perjalanan menuju ke Tanjung Lesung, aku tempuh dalam waktu 5 jam. Ya sangat lama. Sempat terjebak macet ketika sedang berada di Pandeglang. Ketemu warga sekitaran sana sedang lomba baris- berbaris memperingati HUT ke -70 Republik Indonesia. Padahal menurut beberapa blog, hanya butuh waktu 3,5 jam saja. Halah...
Penampakan Pantai |
Menu makan siang itu, sepiring cumi goreng tepung, karedok, sepiring mie goreng dan seekor ikan bakar, nasi putih dan air kelapa. Well, rasa makanannya, standart, tidak terlalu istimewa, tapi okelah. Tidak jelek- jelek amat. Saran, kudu ingatin saat order, jangan pedas- pedas bagi yang kurang bisa makan pedas. Jika tidak, hasilnya seperti pengalaman aku, karedoknya pedas banget, mie-nya juga pedas.
Dengan pelayanan yang sedikit lambat, butuh 45 menit untuk bisa hidangkan menu pesanan. Padahal tidak ada tamu yang order sebelum aku ( posisi sudah selesai makan ). Tapi apapun itu, karena lapar, makan pun sampai nambah- nambah. Kenyang dan kepedasan, akhir dari makan siang itu. Dan ketika mau bayar, barulah mata terbelalak ( bola mata sampai jatuh berkali- kali). Total harus bayar Rp 515.000,-. Bagiku, ini sangat mahal, SANGAT MAHAL. Gila, makan segitu, di Jakarta saja tidak perlu bayar segitu. Okey, kamu pasti bilang, ini kan daerah wisata ? Wajar dong? Tidak ... Sangat tidak wajar. Pengalaman aku traveling diluar negeri, makan mewah dengan 5 - 6 macam menu, sudah ada ayam, udang, ikan, daging saja tidak sampai Rp 300.000,-.
Ya sudahlah, itu sekedar info saja. Bukan juga untuk menjatuhkan sipemilik rumah makan itu. Mungkin bagi sebagian orang, ini masih murah. Balik lagi, ke masing- masing. Jelas... Tidak ada penyesalan, toh makanan sudah masuk kedalam perut. Sudah kenyang, sekarang, saatnya menikmati keindahan Tanjung Lesung.
Dari pintu gerbang, kamu akan diarahkan, apakah mau ke resort untuk inap atau hanya main di pantai? Memakai jalur yang sama sekitar 5 menit, kamu akan bertemu dengan 2 persimpangan, ke kiri adalah masuk ke resort, ke kanan adalah untuk umum. Karena aku tidak ada kamar gratis, hehaha, akupun memilih ke pantai diperuntukkan umum. Masuk harus bayar Rp 40.000 per kepala. Anak kecil dibawah 5 tahun tidak bayar.
Tanjung Lesung... here i am... Akhirnya aku melihat keindahanmu... Eitss... tidak.. Kok begini doank? Kok cuma begini sih? Batinku.. Hahaa... Sudah seperti yang aku bayangkan, bakalan tidak sesuai apa yang selalu aku baca. Pendapat orang beda- beda. keindahan itu menurut masing- masing juga berbeda- beda. Aku, bilang, Tanjung Lesung, biasa- biasa saja. Maaf ya Tanjung Lesung, aku harus jujur, aku tidak sependapat dengan yang lain yang bilang kamu itu indah dimata mereka.
Penampakan Pantainya.. |
Sejauh mata memandang, sampah ada dimana- mana. Mungkin begitulah, nasib tempat wisata di Indonesia yang sifatnya umum. Kesadaran akan kebersihan umum masih sangat rendah. Walaupun, penyediaan tong sampah cukup kok. Tanjung Lesung bukan tipe pantai berpasir. Banyak karangnya. Pasir yang ada juga bukan pasir putih yang lembut. Hamparan pasir juga seadanya.
Ditambah lagi, cuaca mulai bersahabat saat kami tiba. Ombak dan angin mulai kencang. Watersport dihentikan. Tidak bisa snorkeling, tidak bisa melihat apa yang ada didalamnya kamu. Sunset trip ditiadakan, bottom boat tidak bisa juga. Jadinya, hanya duduk- duduk manis saja. KECEWA BERAT..
Penampakan resort |
Sunset Yang Terhalang Mendung |
Sekilas info, untuk menginap di resort-nya, satu malam, kamu harus merogoh kocek minimal Rp 800.000,- untuk satu kamar yang berisi 2 orang per malam. Informasi dari teman yang pernah bermalam di cottage-nya, harus bayar Rp 3.500.000,- untuk 1 cottage yang ada 2 kamar yang bisa diisi 8 orang.
Perjalanan pulang terasa lebih cepat dengan jarak dan jalur tempuh yang sama. Memakan waktu 4 jam lebih. Total hari itu, aku habiskan waktu 9 jam lebih dijalan. Worth it? Aku rasa ngak... Paling tidak, aku sudah pernah tahu, bagaimana itu yang namanya Tanjung Lesung ?
With Love,
@ranselahok
---semoga semua mahluk hidup berbahagia---
Lagi2 di getok masalah harga makanan :-(
ReplyDeleteDan kejadian daerah sekitar sana lagi hehehe
Iya nih kak... digetok mejik nih...
Delete