Meninggalkan kota Beijing dihari ketiga sebenarnya sangat berat. Ceritanya sih hanya karena belum puas
eksplor sudut- sudut kota Beijing. Termasuk di
Great Wall dan di
Forbidden City-nya. Menggunakan
Bullet Train atau yang sering disebut sebagai kereta api peluru dengan kecapatan 305 km/ jam, aku berpindah dari
Beijing menuju Su Zhou.
|
Kondisi stasiun , banyaknya penumpang yang sedang menunggu |
Well, ini pertama kalinya aku naik kereta api peluru. Sudah tentu, punya pengalaman baru dan sensasi tersendiri dalam membayangkannya. Benar, sampai sebelum benar- benar ikut serta dalam kereta itu, aku selalu membayangkan cepatnya kereta api itu, seberapa kilat kereta api itu melesat dengan kecepatan penuhnya. Hahahaa... #dasarkatrok, Dan ternyata, tidak sama sekali. Tidak seperti bayangan aku selama ini.
|
Mesin tiket |
Pasti, kereta api saat dengan kecepatan penuhnya, melaju kencang. Tapi, aku tidak merasakan apa- apa, tidak merasakan kecepatan itu. Serius, layar monitor sudah tertera bahwa kecepatan sekarang 305 km/jam, aku merasakan kereta apinya dalam kecepatan biasanya, sama seperti naik kereta api di Indonesia, atau
MRT di Hongkong, Singapore, Kuala Lumpur dan China sendiri.
|
Autogate menuju kereta |
Ternyata, perasaan itu hanya menjadi sebuah perasaan saja. Naik kereta api peluru diibaratkan sama seperti naik pesawat. Saat berada diatas pesawat yang sedang mengudara, aku selalu ( tidak tahu, bagaimana kamu ? ) merasakan pesawatnya pelan- pelan saja atau cenderung tidak bergerak kalau tidak melongok keluar jendela. Tau - tau sudah sampai saja. Ini juga sama, ketika berpapasan dengan kereta api peluru lainnya dari arah berlawanan, baru terasa betapa kilatnya kereta itu melaju.
Fasilitas yang ada didalam Bullet Train : full AC, toilet yang bersih ( beda dengan kebanyakan toilet yang dijumpai ) , ada wastafel yang bersih , tersedia air panas bagi penumpang yang ingin menyeduh teh, kopi atau mie instan. Layar montior yang selalu update tentang cuaca, kecepatan kereta , stasiun berikutnya, dan berapa lama lagi akan tiba. Begitu juga dengan announcer-nya. Oh ya, ada tv juga, tapi muterin proses pembuatan Bullet Train terus- terusan. Bosanin...
|
Ruang tunggu |
Kereta api berhenti disetiap stasiun. Naik dan turunkan penumpang. Kereta api bebas asap rokok, sehingga banyak penumpang yang manfaatkan selisih waktu yang ada , saat kereta berhenti di stasiun tertentu. Tenang saja, ada layar monitor didekat pintu masuk dari depan. Tinggal berapa menit lagi pintu akan ditutup, berapa menit lagi kereta akan melanjutkan perjalanannya.
So, jangan takut ketinggalan kereta, asalkan kamu tidak telodor sendiri, tidak perhatikan atau tidak mendengarkan pengumumannya.
|
Kereta siap berangkat.. |
Dari
Beijing menuju Su Zhou memerlukan waktu 5,5 jam dan harus merogoh kocek
RMB 535 untuk
second class. ( Rate 1 RMB = Rp 2.165,- ) . Selama perjalanan, tidak banyak yang bisa dinikmati sih sebenarnya. Pepohonan, gunung, dan rumah - rumah penduduk pedesaan, terkadang kayak ada hutan gitu, lihat kota kecil , bangunannya. Jenuh juga selama 5,5 jam menikmati pemandangan seperti itu. Alternatif lain, menyediakan buku bacaan, pasang
headset, putar lagu kesukaan kamu. Atau paling gampang ya tidur. Asal jangan sampai stasiun tujuan kamu kelewatan saja. Berabe....
With Love,
@ranselahok
---semoga semua mahluk hidup berbahagia---
0 komentar :
Post a Comment