Ide trip ke Malang - Bromo kali ini adalah dadakan banget. Sama sekali tidak ada niatan buat trip ini. Semua serba instan, bahkan saya tidak menyangka bakalan berangkat dengan teman- teman baruku untuk melihat keindahan alam , kebesaran Tuhan dipuncak Bromo, menyaksikan matahari terbit. Iya, mereka , baru saya kenal tidak lebih dari 3 bulan, bahkan 1 diantara mereka, baru kenal pas hari keberangkatan. Inilah namanya hidup, apa yang akan terjadi dengan kita , tidak ada yang pernah tahu, walaupun satu detik dari sekarang.
Iseng bercanda pas makan siang bareng pada tanggal 17 April lalu, celutukan trip bareng yuk ke Malang - Bromo. Kebetulan, seorang teman, sedang ingin ke Malang, untuk berziarah ke Goa Bunda Maria, sedangkan Bromo sudah masuk dalam list wisataku tahun ini. Tapi bagaikan angin lalu, ide ini juga berlalu begitu saja. Karena tidak adanya waktu yang pas buat kita bisa pergi bareng.
Kemudian, setelah bubar dari kantor, message masuk ke bbm, gimana kalau kita berangkat minggu depan saja, berangkat Kamis malam, tanggal 24 April. Iya, Jumat saya punya jatah off kantor, sedangkan Sabtu libur. Nah, ini baru dikata, bak gayung bersambut, saya langsung hunting tiket pesawat dari Jakarta - Surabaya atau Jakarta - Malang. Karena waktu yang sudah dekat, hargapun melonjak setinggi langit diangkasa. Niat ini kemudian hampir padam, kalau tidak teringat masih ada jalan lain menuju ke Roma. Iya, segera hunting tiket kereta.
Singkat cerita, setelah berembuk, mencari tahu tempat wisata, rental mobil dan sebagainya, baru beli tiket kereta. Jadi , buat kamu, siapapun yang tahu trip saya kali ini, demi apapun juga, perjalanan kali ini, benar- benar dadakan, bukan sudah direncanakan seperti apa yang dituduhkan kepada saya.
Menunggu kereta @Gambir |
Tanggal 22 April, tiket kereta ada ditangan, 23 April, rental mobil dan rental jip buat naik ke Bromo beres, voucher hotel di Batu juga sudah fixed. Akhirnya, kami berangkat juga Kamis malam, jam 9.30 dari stasiun Gambir menuju Surabaya. Harga tiket kereta Gambir - Surabaya dan Malang - Gambir Rp 810.000,- per orang.
Suasan diatas kereta |
Sedikit tentang kereta yang kami tumpangi malam itu. Dengan menyandang kode Argo Bromo Anggrek, kereta benar- benar berangkat tepat waktu. Jadi pikiran langsung terbang ke YKS yang mempopulerkan kembali lagi " Kereta Malam " plus goyangannya. Bersih, ber AC, tapi tidak nyaman. Kami, berempat, hampir tidak tidur semalaman itu, tidak tidur selama perjalanan dari Jakarta menuju Surabaya. Kursinya tidak nyaman sekali buat untuk tidur, posisinya yang sangat tanggung, pokoknya tidak enak banget.
@Stasiun Surabaya Pasar Turi |
Jam 7.20 pagi, kereta tiba di Surabaya Pasir Turi. Tidak serta merta membuat kami langsung keluar dari stasiun. Eksis dan bergaya menjadi salah satu itenirary kami yang wajib disetiap saat , setiap kesempatan. Kelar sesi foto, didepan pintu gerbang, kami telah ditunggu supir dari tempat rental mobil. Namanya Pak Nanang. Saya tidak tahu dari rental apa, tapi biaya rental mobil selama 2 hari full Rp 1.300.000,- sudah termasuk bbm dan jasa supir, tapi belum termasuk parkir, tol, makan buat pak supir.
Dengan bermodalkan mobil yang kami sewa, kami manfaatkan dengan maksimal. Hal pertama yang kami lakukan setelah keluar dari stasiun adalah makan. Dan kuliner pertama yang kami lahap adalah Sate Klopo Ondo Mohen Bu Asih. Tidak tahu terletak dijalan apa. Lupa. Sekitar jam 8 pagi, kami tiba disana, dan sudah sangat ramai sekali. Banyak juga yang pesan take away. Butuh hampir 30 menit, kami baru bisa mengisi perut pagi itu.
Sate Klopo |
Sate Klopo boleh dimakan bareng sama lontong atau nasi. Kenapa dikasih nama Sate Klopo, karena selain bumbu kacangnya, ada serundeng kelapa yang ditaburin diatas sate yang sudah selesai dibakar. Saya sih kurang suka ya, mungkin karena masih pagi, sudah dibawa makan oleh pak supir makan yang berat gitu. Daging sapinya sih tidak alot, empuklah, tapi agak tipis dan kurang berasa. Ya, okeylah, jika belum pernah makan sebelumnya. Makan berlima menghabiskan Rp 75.500,-
Museum Kapal Selam |
Habis sarapan, kami langsung tancap gas ke Kapal Selam. Awalnya sih excited banget, pasti bakalan menyenangkan, saya membayangkan , bakalan seperti apa isi dalam Museum Kapal Selam itu. Dan ternyata kekecewaan juga yang datang menghampiri. Karcis masuk per orang jika tidak salah Rp 8.000,-. Sungguh , tidak ada sesuatu yang istimewa didalam Kapal Selam itu.
Didalam lobang Torpedo |
Foto- foto didepan Museum Kapal Selam, kemudian kita masuk disambut seorang perempuan paruh baya. Tidak terlalu banyak petunjuk yang bisa didapat untuk menjelaskan apa yang ada didalam sana. Yang adapun, petunjuk kecil yang ditempel, ditempat yang kurang mendapat perhatian. Saya bingung sedang apa didalam sana waktu itu, tidak mengerti apa yang sedang dilihat, barang apa ini, untuk apa, fungsinya apa? Yang ada, malah heboh foto- foto dilobang torpedo yang akan diluncurkan. Itu saja. Berasa tidak ada sesuatu, hanya sekitar 15 menit kami berada di Museum Kapal Selam.
Baru jam 10 pagi, kami memutuskan untuk hunting kuliner lagi. Pilihan kami bersantap Nasi Rawon Setan. Nah, kalau yang ini, saya cocok, saya suka dan saya favorit deh. Tempatnya sederhana, tapi katanya paling ramai, banyak foto artis didinding menandakan kalau tempat itu sering dikunjungi oleh artis- artis. Nasi Rawonnya, berlemak, dagingnya empuk dan enak banget, kuahnya memang sedikit asin. Untuk makan berempat saja, kami menghabiskan Rp 180.000 ,- an. Biaya makan yang cukup mahal, mungkin karena namanya yang sudah tenar dan sering dikunjungi artis.
Rawon Setan |
Biar tidak habis waktu, kami memutuskan untuk langsung ke Malang saja. Dalam perjalanan, kami mampir sebentar ke Jembatan Suramadu. Dengan membayar uang tol Rp 120.000 / pp, kami melewati jembatan Suramadu penuh suka cita. Tidak ada cerita berhenti, turun buat menikmati udara sekitaran jembatan, atau kena terpaan panasnya matahari diatas Jembatan Suramadu. Iya, lewat begitu saja. Datang dan pergi begitu saja. Cukup bagus sih, sepintas lalu, bersih dan jalanan tolnya mulus, tidak seperti yang banyak ditemui di Jakarta. Tidak tahu juga ya dengan banyaknya aksi pencurian besi dan lainnya dari jembatan itu. Jembatan Suramadu cukup keren, mengingatkan saya langsung pada jembatan yang pernah saya lewati di Hongkong, tentu beda, sangat berbeda.
Jembatan Suramadu |
Perjalanan dari Surabaya - Malang membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Ditengah perjalanan, kami mampir ke Lumpur Lapindo Sidoarjo. Merasa tidak ada yang perlu difoto, yang ada hanya kesedihan melihat bencana itu. Bagaimana nasib dari keluarga- keluarga yang tertimpa musibah itu? Untuk boleh naik keatas melewati tangga darurat yang dibuat seadanya, kami harus merogeoh kocek Rp 10.000,- per orang dan biaya parkir yang hanya 15 menit saja Rp 50.000,-.
Selfie diatas jembatan Suramadu |
Begitulah awal kisah perjalanan kami. Menapak sejenak kota Surabaya yang sedang panas- panasnya. Menikmati kuliner Surabaya dan akhirnya kami tiba di Malang sekitar jam 3 sore. Kota Surabaya, sekilas pandang, menurutku, bersih dan tertata rapi. Kota Surabaya, menunjukkan kelasnya sebagai kota yang bisa diperhitungkan dalam daftar tempat wisata Anda. Sekian cerita saya dihari pertama trip Malang- Bromo. Tunggu ya postingan selanjutnya, kisah seru berwisata di Malang - Batu. Dan kemudian, bagaimana kami menikmati indahya pagi hari dipuncak Gunung Bromo.
With Love,
--semoga semua mahluk hidup berbahagia--
Mantaplahhhh yang jalan2 terusss :D
ReplyDeleteBromo itu wishlist ku yg belum terlaksanakan Husinnnn, mupeng euy
ya Teh... semoga cepat terwujudkan... amin..
DeleteDulu, pas ke Surabaya, saya mau icip2 sate klopo, malah udah habis. Hehehe
ReplyDelete