Tanggal 27 April 2014
Memutuskan untuk istirahat disalah satu hotel di Malang menjadi malam terakhir liburan kami berempat sebelum dijemput jam 00.30 oleh mobil jeep untuk berangkat menuju Gunung Bromo. Mandi kemudian tidur adalah aktifitas yang pas saat itu, badan capek dan mata ngantuk setelah seharian bermain di Jatimpark 2, Batu Secret Zoo dan Eco Green ( baca disini.. ).
Sesuai dengan kesepakatan, kami dijemput dengan mobil jeep. Nama supirnya saya lupa, tapi perawakannya kecil dan kurus. Orangnya sopan dan baik, pembawaannya pendiam. Ya tapi lumayanlah, mengerti tujuan wisata yang kami inginkan, daripada Pak Nanang , yang membawa kami 2 hari ini, tidak tahu.
Meninggalkan hotel sekitar jam 00.30, tepat waktu juga rental mobil ini. Kondisi Malang ditengah malam ini lumayan sepi, berbedalah dengan Ibukota Jakarta, yang hampir tidak ada matinya. Mobil jeep ini terus membawa kami melaju tanpa berhenti, tanpa mempedulikan para penumpangnya yang antara sadar dan tidak sadar, antara tidur dan tidak tidur. Yang pasti adalah, mobil ini terus menanjak naik keatas, semakin keatas, melewati setiap tikungan tanpa ragu- ragu.
Perjalanan 1,5 jam pertama, tidak ada sesuatu yang berarti, sama seperti biasanya naik mobil. Posisi duduk menyamping seperti ini membuat aku teringat masa kecil dulu, waktu sering kebagian duduk dibagian belakang mobil kalau pergi bareng keluarga. Kami sempat beberapa kali berhenti, ya, perhentian pertama mungkin sekitar 30 menit pertama kami jalan dari Malang, perhentian kedua mungkin sekitar 1 jam pertama. Sebentar- sebentar sih berhentinya, saya tidak mengerti apa yang terjadi, tapi bukan ada masalah mobil. Dari dalam mobil, saya melihat mereka ( bertemu dengan rombongan lainnya ) sedang berbicara, antara mas supir dengan mas supir lainnya. Kemudian kami berhenti lagi, setelah 30 menit jalan. Nah disini, kami harus membayar tiket seharga Rp 13.000 / orang untuk bisa melewati plang sebagai pintu masuk ke area Bromo.
Melanjuti 1,5 jam perjalanan selanjutnya, inilah yang namanya petualangan dimulai. Melewati batas plang itu, perjalanan bukan lagi menuju keatas, diantara dua pilihan, kanan ke Gunung Semeru, kiri ke Gunung Bromo. Mobil belok ke kiri, terus mulai jalan menurun. Disinilah, kemudian dimengerti, kenapa harus memakai mobil jeep. Karena, parah banget lapangan tempurnya. Harus menggunakan mobil dengan fasilitas double gerdang baru bisa melewati medannya. Gojlak gajlik.. lubang besar kecil, tidak beraturan, membuat kami harus konsentrasi penuh sebagai penumpang didalamnya, apalagi yang kebagian diduduk dibelakang. Jika tidak mau tiba- tiba kepala berbenturan dengan kerasnya mobil terus benjol, bengkak. Mobil jeep ini bisa untuk 6 penumpang plus 1 supir.
Saya tidak mengerti lho.. kenapa tempat wisata yang begitu bagusnya, yang terkenal sampai keseluruh dunia, yang banyak wisatawan manca negara ini, harus mempunyai infrastruktur yang begitu jelek? Apakah, ini yang dinamakan, biar senada, identik, biar sesuai tema, jadi kalau mau naik gunung ya demikianlah jalannya, demikianlah medannya. Enggak gitu juga kelessssss.... Saya sih sungguh kecewa. Alangkah bagusnya jika infrastruktur, jalan menuju ke objek wisata dibuat bagus, gampang dan tidak buat jera. Sebelum bertemu dengan padang pasir dan sesudahnya, kita harus pontang panting didalam mobil.
Kemudian, secercah sinar sedikit demi sedikit muncul menyapa bumi. Cuaca saat itu, diakui oleh penduduk lokal, memang kurang bersahabat, bukan juga mendung apalagi hujan, hanya saja, sang mentari tidak maksimal menunjukan keperkasaannya, sangat terasa, jika sang mentari malu- malu. Sehingga, fenomena matahari terbit tidak didapatkan secara sempurna. Tapi, sang mentari tetap memberi kesan tersendiri bagi saya, yang sengaja datang menyambutnya pagi itu.
Sisi lain, keindahan yang amat sangat luar biasa, embun- embun yang menutupi gunung- gunung yang ada. Jika biasanya, hanya bisa melihat dari foto atau kartu pos, tapi kali ini, nyata hadir dimata. Dan ajaibnya, persis seperti yang ada difoto atau kartu pos. Selama ini, saya masih bilang, itu hanya rekayasa komputer saja. Dan sekarang, saya percaya , itu apa adanya. Itu nyata dan ada. Seakan sedang berada di langit, melihat ke bumi, dan pemandangan yang begitu indah. Melihat dari atas, bagaimana embun- embun pagi yang lembut itu menyelimuti mereka semua.
Demikianlah rasa syukur ini kembali terucap. Demikianlah bagaimana saya bisa memaknai Keagungan Tuhan dan kuasa-Nya. Rasa yang takjub nan tidak percaya membuat saya tak kuasa untuk meninggalkan tempat itu begitu saja. Kemudian waktu juga yang kembali menjadi kunci semuanya. Kami harus segera turun dan berkunjung ke Padang Savana untuk melihat lebih dekat Kawah Bromo.
Kembali masuk ke mobil jeep dan bergembira bersama goyangan mengikuti ritme yang diciptakan sesuai dengan infrakstruktur jalan. Sekitar 1 jam kemudian, kami tiba di Kawah Bromo. Dari kejauhan, sudah kelihatan, banyaknya mobil jeep yang berjejer rapi disana. Turun dari mobil, dengan bantuan si mas supir, akhirnya kami dapatkan kuda yang akan membawa kami keatas puncak Bromo. Harga sewa kuda Rp 100.000 / ekor / orang. Pilihan lainnya, juga bisa jalan kaki. Cuma butuh tenaga yang lebih dan memakan waktu yang lebih lama.
Mungkin sekitar 15 menit, kami tibalah dikaki tangga menuju puncak Bromo. Kesempatan yang tidak boleh dilewatkan, menikmati sekeliling dan berfoto. Setelah itu, kami menapak setiap anak tangga untuk bisa mencapai puncak Bromo. Total anak tangga ada 346. Suasana yang ramai. Dengan mengatur nafas yang panjang , akhirnya sampai juga di puncak Bromo. Ajaib dan sungguh ajaib. Indah .. terlalu indah... sangat indah dan tidak mungkin bisa dilupakan. Di puncak Bromo, bau belerang sangat tajam. Disini, tidak perlu berebut spot, karena tersedia banyak spot yang keren- keren. Yang penting, harus hati- hati. Jangan sampai tergelincir saja deh.
Tidak banyak yang bisa saya ungkapkan, tidak banyak kata yang bisa saya rangkai menjadi kalimat untuk melukiskan keindahan di puncak Bromo. Hanya melalui mata saja, kamu sendiri baru bisa meresapi dan merasakan keindahannya. Selain melihat dari dekat kawah Bromo, salah satu yang dekat didepan mata adalah Gunung Batok. Tidak terasa, 1 jam sudah berlalu. Kembali ke mobil dengan menggunakan tenaga dari si kuda.
Perjalanan selanjutnya, Pasir Berbisik. Disini sepi, hanya ada satu dua mobil saja yang berhenti. Itupun, masing- masing berhenti saling berjauhan. Disini, bagaikan satu dataran yang ditaburin berton - ton pasir. Berlatar Gunung Batok, disertai angin yang berhembus pelan, membuat pasir ini ikut terbang rendah dan seadanya. Mengikuti permainan irama sang angin, kemudian, terciptalah bisikan- bisikan pasir itu. Itulah yang saya rasakan. Tidak banyak yang bisa dilihat. Cukup nikmati waktu yang ada, leburkan diri bersamanya, rasakan Anugrah Hidup yang engkau miliki. Nikmati ciptaan-Nya. Itu saja.
Dari Padang Savana ke Pasir Berbisik tidak begitu lama, mungkin hanya sekitar 15 menit. Lalu, berpindah tempat lagi, kali ini, jalanan kembali menanjak. Menempuh sekitar 20 menit, kami diantar ke Bukit Teletubbies. Pemandangan sangat berbeda. Bukit ini, dataran yang sangat hijau. Ditumbuhi tumbuhan yang terbentang rapi. Tapi kita tidak boleh mendekat ke bukit, hanya bisa dilihat dari jauh saja.
Inilah kenapa saya dari tadi bilang, sungguh indah, sungguh luar biasa, sungguh kuasa Tuhan. Masih disatu wilayah, yang hanya berjarak hitungan kilometer saja, Tuhan bisa memberi alam yang berbeda. Jika dengan hitungan waktu, hanya berjarak hitungan menit dari satu tempat ke tempat lainnya di Bromo, ada 3 alam yang berbeda. Diatas Penanjakan 1 diwarnai putihnya embun yang menyelimuti bumi, berganti ke Padang Savana yang luas, datar tanpa adanya tumbuhan yang hijau sama sekali, puncak Bromo yang mempunyai alam yang sama dengan di Penanjakan 1. Berpindah ke Pasir Berbisik, seakan berpindah ke alam yang berbeda pula. Sepi dengan bisikan pasir yang ada dan menjadi tuan disini. Terakhir adalah bukit Teletubbies, hamparan yang penuh kehijauan. Sungguh, Kuasa Tuhan, ada 3 alam di tanah Bromo.
Bukit Teletubbies, tempat perhentian terakhir kami. Mobil jeep membawa kami naik dan kembali ke Malang. Kami sempat mampir di Coban Pelangi, objek wisata air terjun. Tempat ini sejalan dari rute perjalanan pulang. Untuk sampai di air terjunnya sendiri, kita harus jalan kaki turun kebawah. Butuh waktu sekitar 40 menit bisa sampai pada tujuannya. Dan kembali harus menempuh sekitar 40 menit lagi. Tiket masuk Rp 10.000,- / orang.
Air terjun Coban Pelangi, bagiku sih biasa- biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Tidak ada kesan yang berarti. Karena itu pula, hanya 10 menit melihat dari jauh kemudian kami naik lagi. Melanjuti perjalanan kami untuk bisa segera sampai di Malang. Selain untuk bisa check out hotel sesuai dengan kesepakatan, kami juga harus berburu dengan waktu, supaya tidak ketinggalan kereta pulang ke Jakarta.
Dan semua sesuai dengan itenirary. Menumpang kereta Malang - Jakarta, berangkat jam 2.45 siang, menjadi cerita akhir dari perjalanan seru kami, menjadi akhir dari liburan Malang - Bromo kami kali ini. Membutuhkan waktu 14 jam, kami tiba di Gambir. Kembali ke realita hidup, kembali ke rutinitas hidup, kembali ke Ibukota, kembali bekerja keras untuk bisa kembali menikmati liburan selanjutnya. Amin.
Barang- barang yang harus dipersiapkan jika ingin ke Puncak Bromo :
1. Jaket / pakaian tebal
2. Sarung tangan tebal
3. Topi
4. Sepatu , jangan pakai sandal
5. Senter
6. Syal
7. Kamera, jika ada tongsis, bawa saja.
8. Kacamata, biar keren
9. Makanan cemilan didalam mobil
10.Pakai baju lengan panjang dan celanan panjang
11.Masker
Baca juga : Awal kisah Liburan Malang - Bromo dan Berburu Kuliner dan objek wisata Di Batu
With Love,
---Semoga semua mahluk hidup berbahagia---
Keren Om, belum lama ini aku juga abis dari Bromo :D
ReplyDeleteyupss... keren ya alam Bromo...
Deletemantaapp gilaa masbero... :)
ReplyDeletekeren euy..
iya benar benar keren tempatnya...
Deletejadi tambah pengen liburan ksana...:)
ReplyDeletehayooo..buruaann kesana... keren abizzz...
Delete